Babak Baru Persaingan E-Money setelah Masuknya WeChat Pay dan Alipay

TWITTER @WeChatPayTeam
Seorang konsumen memindai kode QR untuk pembayaran WeChatPay di Tiongkok.
Penulis: Pingit Aria
28/1/2020, 19.40 WIB

Hanya, saat dikonfirmasi, manajemen Moka menyatakan bahwa kerja sama tersebut masih dalam tahap uji coba.

Pembayaran melalui uang elektronik memang sangat penting bagi wisatawan Tiongkok. Sebab, ada peraturan khusus mengenai jumlah uang cash yang bisa dibawa turis asing ke Tiongkok atau turis Tiongkok ke luar negeri.

(Baca: Startup Kasir Digital Moka Catat Jumlah Pengguna Tumbuh 210%)

Para wisatwan Tiongkok hanya bisa membawa uang tunai hingga 20.000 RMB atau setara dengan Rp 39 juta. Jika melampaui batas yang ditetapkan, mereka harus izin ke bank. Hal ini pun membuat wisatawan lebih senang bertransaksi melalui mobile payment dibandingkan uang tunai.

Apalagi, sebuah survei menunjukkan bahwa 92% masyarakat di kota-kota besar Tiongkok menggunakan WeChat Pay dan Alipay sebagai platform pembayaran utama mereka. Pada 2018, sekitar 83% transaksi dilakukan dengan mobile payment.

Besarnya ekosistem WeChat Pay dan Alipay di Tiongkok ditunjang oleh induk usaha masing-masing. WeChat Pay merupakan emoney milik WeChat yang merupakan aplikasi chatting dan media sosial di Tiongkok yang memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif. Sedangkan, Alipay merupakan emoney milik Alibaba, raksasa ecommerce Tiongkok.

Di Indonesia, sikap terbuka pemerintah terhadap WeChat Pay dan Alipay pun mendapat apresiasi. Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menyatakan, potensi transaksi dari wisatawan Tiongkok melalui aplikasi pembayaran tersebut sangat besar.

"Tahun 2018 saja wisman asal China yang wisata ke Indonesia ada 2,1 juta orang, potensinya cukup besar," katanya.

Kemudian, karena WeChat Pay dan Alipay hanya bisa dipakai oleh wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia, pemain uang elektronik lokal pun tak terusik. Bahkan, promosi seperti yang ditawarkan oleh Alipay juga bukan untuk masyarakat umum, melainkan hanya untuk pengguna yang telah terverifikasi di Tiongkok.

(Baca: Untung Jumbo Warung Kelontong Lewat Fintech dan E-Commerce)

“Saya kira tidak tersaingi ya, karena kedua emoney tersebut akan fokus melayani konsumen Tiongkok yang sedang ada di Indonesia, terutama para turis,” kata Direktur Marketing Communication dan Community Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Tasa Barley

Bagaimanapun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan sistem pembayaran domestik harus andal dan mampu menjaga keamanan transaksi untuk menghadapi masuknya platform sistem pembayaran asing, seperti WeChat Pay dan Alipay ke Indonesia.

Regulator seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun harus adaptif dalam menformulasikan peraturan terkait sistem pembayaran di Indonesia terkait masuknya sistem pembayaran WeChat Pay dan Alipay ke dalam negeri.

"Yang paling penting kan sistem pembayaran di Indonesia harus memiliki keandalan, kemampuan untuk menjaga stabilitas dan aspek keamanan menjadi penting," kata Sri Mulyani beberapa waktu lalu.

Kedua regulator tersebut akan menetapkan kembali bentuk sistem pembayaran dalam negeri dengan adanya platform-platform seperti WeChat Pay dan Alipay yang ekspansi ke Indonesia. Pasalnya, platform sistem pembayaran dari luar negeri mampu menciptakan ekosistem perusahaan sendiri dan berbeda dengan sistem pembayaran yang sudah ada di Indonesia.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Cindy Mutia Annur