Perdagangan Singapura-Indonesia di Tengah Krisis Global (Bagian 3)

123RF.com/teerapolp24
Singapura telah lama menjalin kerja sama dagang dengan Indonesia, termasuk pengembangan Kawasan Industri Kendal dan Nongsa Digital Park.
Penulis: Sorta Tobing
1/11/2019, 19.30 WIB

Bagi Indonesia, RCEP akan menjadi peluang untuk meningkatkan perdagangan internasional di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini. Apalagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan para menteri Kabinet Indonesia Maju untuk membuat perjanjian dagang dengan negara lain.

Secara khusus, Presiden meminta hal itu kepada Menteri Perdagangan, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar. “Perjanjian perdagangan harus kita lakukan secara terus-menerus, tanpa henti,” kata Jokowi pada Rabu lalu.

Saat ini kinerja ekspor dalam negeri sedang merosot akibat perlambatan ekonomi global. Perang dagang AS-Tiongkok membuat permintaan dunia pun melemah.

Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor September 2019 mencapai US$ 14,10 miliar atau menurun 1,29% dibanding bulan sebelumnya. Jika dibanding secara tahunan, penurunannya mencapai 5,74%. Neraca perdagangan Indonesia defisit US$ 160,5 juta.

(Baca: Ekspor Makin Loyo, Neraca Dagang September Defisit US$ 160 Juta)

Indonesia menganggap kerja sama dengan Singapura sangat penting. Pasalnya, negara itu selalu berada di peringkat lima terbesar tujuan ekspor, begitu pula dengan impor.

Saat ini perjanjian dagang Indonesia dengan negara tetangga itu telah terfasilitasi salah satunya melalui ASEAN Economic Community. Tren perdagangan keduanya, menurut grafik Databoks di bawah ini, dalam sepuluh tahun terakhir mengalami penurunan.

Ekspor Singapura ke Indonesia mencapai nilai tertinggi pada 2011 sebesar US$ 45,3 miliar, kemudian merosot menjadi US$ 26,6 miliar pada 2016. Nilai impornya cenderung stabil, di rentang US$ 14,5 miliar sampai US$  20,5 miliar.

(Baca: Singapura Terancam Resesi Ekonomi Akibat Perang Dagang AS-Tiongkok)

Pada 2018 produk ekspor utama Indonesia ke Singapura, yaitu minyak dan gas bumi, timah, tembakau serta perlengkapan elektronik. Produk impornya adalah produk olahan minyak, elektronik, plastik, dan bahan kimia.

Kedua negara juga bekerja sama dalam mengembangkan Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Proyek ini diperkirakan akan menyerap empat ribu tenaga kerja. Saat meresmikannya pada 2016 lalu, Jokowi menyebut KIK bakal menjadi ikon baru perwujudan kerja sama kedua negara.

Ilustrasi. Indonesia mengekspor produk elektronik ke Singapura. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)

KIK rencananya bakal menjadi kawasan industri terbesar di Jawa Tengah dengan luas lahan mencapai 2.200 hektare. Pengelolaannya berada di tangan PT Jababeka Tbk (Indonesia) bekerja sama dengan perusahaan Singapura, Sembcorp Development Ltd.

Pemerintah berencana mengubah KIK menjadi kawasan ekonomi khusus atau KEK. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pada 9 Oktober lalu mengatakan, tujuan perubahan itu supaya makin banyak investasi masuk ke Kendal.

Selain itu, kedua negara juga bekerja sama dalam pengembangan kawasan Nongsa Digital Park di Batam, Kepualaun Riau. Sesuai namanya, fokus proyek ini pada pengembangan ekonomi kreatif berbasis digital. Peresmiannya telah dilakukan pada 2018 dan menjadi jembatan digital antara Indonesia dan Singapura.

 (Baca: Ekonomi Singapura Diproyeksi Tumbuh 0,1%, Terhindar dari Resesi?)

Halaman:
Reporter: Antara