Pariwisata Bali di Antara Upaya Pemulihan Ekonomi dan Risiko Kesehatan

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.
Wisatawan mengunjungi kawasan Pantai Kuta, Badung, Bali, Kamis (9/7/2020).
Penulis: Pingit Aria
11/8/2020, 07.35 WIB

Ida Ayu Harmaita Wijayanti harus memutar otak saat turis menghilang dari Bali sejak pandemi Covid-19 menerjang Indonesia, Maret lalu. Kebaya, tenun, hingga kipas lukis yang biasa dijualnya sebagai cinderamata menumpuk di butik yang berada di Gianyar.

Ia kemudian berinisiatif untuk membuat masker kain yang dilukis. “Kami membuat produk yang punya karya seni dan fashionable saat dipakai, seperti masker dengan beragam corak," ujarnya, Minggu (9/8).

Saat itu Ida tak lagi mengejar untung. Baginya, membuat masker lukis adalah satu-satunya cara bertahan. Enam bulan berjalan, ia bisa memutar stok bahan baku dan mempertahankan 15 perajin mitranya untuk tetap berkreasi.

Kini, ia tak hanya menjual produknya di butik. Ida berhasil mengirim sebagian besar masker buatannya ke berbagai wilayah, termasuk memenuhi pesanan dari luar negeri melalui e-commerce.

Kuncinya adalah optimisme. "Saya berharap, sebaiknya kita harus tetap semangat apapun kondisinya," kata ibu dua anak ini.

Nyatanya, tak semua orang seberuntung Ida. Berikut adalah data yang menggambarkan dampak Covid-19 terhadap turunnya penghasilan pekerja di sektor pariwisata:

Mengandalkan pariwisata sebagai sektor unggulan, Bali menjadi provinsi yang paling menderita akibat virus corona di Indonesia. Pada kuartal kedua 2020, saat pertumbuhan ekonomi nasional minus 5,32%, produk domestik bruto Bali merosot hingga - 10,98% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Bali yang menggantungkan hidup dari kunjungan turis asing lebih dulu merasakan dampak pandemi global Covid-19 dibandingkan provinsi lain di Nusantara. Pada kuartal pertama 2020, saat ekonomi Indonesia masih tumbuh 2,97% secara nasional, ekonomi Bali telah minus 1,14%.

Rencana Membuka Bali

Agar ekonomi tak terlalu lama mengalami kontraksi, pemerintah membuka pariwisata Bali secara bertahap. Merujuk Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 15243 Tahun 2020, wisatawan domestik boleh berkunjung ke Bali mulai 31 Juli 2020. Sedangkan kunjungan wisatawan asing akan dibuka pada 11 September 2020.

Tentu ada syarat yang harus dipenuhi oleh para pelancong. Misalnya, wisatawan harus menyiapkan hasil negatif tes cepat (rapid test) atau tes usap (swab test), dan mengisi formulir di aplikasi Love Bali yang dapat diakses pada laman https://lovebali.baliprov.go.id.

Pemerintah juga menggerakkan masyarakat adat untuk mengawal pembukaan kembali berbagai destinasi wisata. Di Pantai Jimbaran, misalnya, pecalang berkeliling untuk memastikan penerapan protokol Kesehatan.

"Yang menjadi perhatian kami tentu saja masyarakat dan pengunjung pantai agar tetap menggunakan masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan di tempat yang telah disediakan atau menggunakan cairan hand sanitizer,"  kata Pecalang Desa Adat Jimbaran, I Nyoman Suwirya, di Badung.

Hingga Senin (10/8), jumlah kasus positif Covid-19 di Bali sebanyak 3.817 pasien. Di antaranya, 3.308 pasien sembuh dan 49 orang meninggal dunia.

Saat ini, jumlah korban jiwa akibat infeksi virus corona di Bali relatif lebih sedikit dibandingkan provinsi padat penduduk lain di Pulau Jawa, juga sebagian Sumatera dan Kalimantan. Bagaimanapun, pembukaan Bali untuk kedatangan wisatawan dari daerah, bahkan negara lain bukan tanpa risiko.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Denpasar Dr I Gusti Agung Ngurah Anom menyatakan, kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19 di Ibu Kota Provinsi Bali itu terbatas. Selain pasien positif, sebagian orang yang suspek dan probable harus dirawat dengan protokol Covid-19 sehingga membuat ranjang rumah sakit penuh.

PELEPASLIARAN PENYU SITAAN DI PANTAI KUTA (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym/aww.)

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati berjanji akan terus memantau situasi. Menurutnya, tempat-tempat wisata yang belum siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat tidak akan dipaksakan buka.

"Kami masih melihat perkembangan kasus Covid-19, mudah-mudahan jumlah pasien yang sembuh bisa lebih banyak dari kasus baru," katanya, dikutip Antara.

Menurutnya, pembukaan Bali tak akan seketika diikuti oleh kedatangan wisatawan dalam jumlah besar. Sebab, kapasitas penumpang pesawat masih dibatasi hingga 70%.

Sebelum pandemi, rata-rata jumlah kunjungan wisatawan ke Bali sekitar 14 ribu orang per hari. Jika bulan depan 60% saja penerbangan terisi, sekitar 8.400 wisatawan akan tiba di Bandara I Gusti Nurah Rai setiap hari.

Bagaimanapun, ia ragu angkanya akan langsung setinggi itu. Sebab, beberapa maskapai belum beroperasi secara penuh. Belum lagi adanya beberapa negara yang masih melarang warganya untuk bepergian.

Kondisi lesu pariwisata di Pulau Dewata menurutnya pernah terjadi saat ledakan bom Bali pada 2002 dan letusan Gunung Agung pada 2017. Menyusul peristiwa bom Bali yang menelan ratusan korban jiwa, kunjungan turis sempat jatuh hingga 800 orang per hari. “Tapi itu tidak lama. Pandemi ini dampaknya signifikan,” kata Tjokorda Oka.

Halaman selanjutnya: Respons Dunia Usaha dan Prospek Ekonomi

Halaman:
Reporter: Antara