Pemilu Tak Pengaruhi Bursa, Tren IHSG Terus Naik

Ilustrator Katadata/Betaria Sarulina
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi
Penulis: Tim Redaksi
Editor: Yuliawati
2/12/2018, 07.00 WIB

Pertama, dukungan terhadap perusahaan efek daerah. Kedua, program untuk simplifikasi pembukaan rekening efek. Sebagaimana kita tahu, untuk membuka suatu rekening, masih kalah dengan fintech. Fintech dapat memproses pembukaan rekening dalam waktu beberapa jam. Kami masih butuh waktu, bisa berhari-hari. Bahkan bila dari luar kota, waktunya sampai seminggu.

Dengan adanya simplifikasi pembukaan rekening, diharapkan dapat lebih singkat dalam hitungan jam.

Selain itu, yang terkait dengan anggota bursa, dukungan untuk ke Securities Lending and Borrowing, di mana pinjam-meminjam saham itu penting. Terutama untuk T+2, yang memiliki kemungkinan kegagalan. Dengan adanya Securities Lending and Borrowing, bisa memakai alternatif untuk meminjam saham.

Produk yang terkait dengan investor?

Salah satu adalah IDX Virtual Trading. Kami akan membuat suatu sistem, persis seperti environment yang ada, sehingga calon-calon investor mau belajar persis seperti dia melakukan trading dengan anggota bursa. Kami akan buat suatu platform virtual trading, untuk memberi edukasi kepada calon-calon investor.

Apakah bisa mengulang rekor pencatatan emiten baru pada tahun depan yang bertepatan dengan Pemilu?

Tahun depan adalah tahun politik, tapi tetap optimistis. Untuk 2018, target kami awalnya 35 listed company. Namun ternyata melampaui ekspektasi (mencapai 51 emiten baru). Untuk 2019, kami tetap optimistis, dengan menargetkan 35 emiten baru. Insya Allah bisa terlampaui juga.

Apakah Pemilu membawa dampak signifikan dengan pergerakan IHSG?

Secara historikal tak ada pengaruhnya di tiga pemilu yang sudah berlangsung, mulai 2004, 2008 hingga 2014. Tren pergerakan IHSG tetap naik.

Grafik Pemilu dan Perkembangan IHSG (Katadata)

Bagaimana upaya BEI terus mendorong startup menjadi perusahaan publik?

Kami sangat mendukung agar startup menjadi perusahaan terbuka yang tercatat di bursa. Kami mengembangkan inkubator untuk membimbing beberapa startup. Saat ini sudah 68 perusahaan yang ikut dalam inkubator tersebut.

Hal ini terkait dengan dukungan dari OJK, yang mendorong Equity Crowd-Funding untuk mendanai startup agar bisa lebih berkembang. Pada saatnya nanti, mereka bisa masuk ke bursa.

Kami juga sedang mengembangkan papan akselerasi, di luar papan utama dan papan pengembangan. Nah kami sedang siapkan papan akselerasi yang persyaratannya jauh lebih ringan daripada kedua papan lainnya.

Diharapkan dengan adanya Equity Crowd-Funding itu startup bisa masuk dalam papan akselerasi terlebih dahulu dan setelah itu, setelah berkembang, bisa ke atas. Masuk ke papan pengembangan bahkan bisa ke main board.

Apa perbedaan persyaratan go-public antara papan akselerasi dan dua papan lainnya?

Persyaratan paling tinggi di papan utama, di antaranya dengan kepemilikan minimal 1.000 pemegang saham dan untung selama tiga tahun. Sementara papan pengembangan tidak perlu untung, tapi harus punya proyeksi untung. Ini harus Wajar Tanpa Syarat.

Papan akselerasi (syarat yang harus dipenuhi emiten) itu lebih ringan, tidak perlu Direktur Independen, Komisaris Independen. Bahkan tidak perlu untung, tapi tetap harus memiliki harapan untuk untung. Syarat minimumnya masih digodok, kepemilikannya sekitar 300 pemegang saham.

Bagaimana BEI mendorong peran investor domestik agar lebih kuat di pasar modal Indonesia?

Saat ini, kami punya kantor perwakilan sebanyak 30. Kami juga punya galeri investasi sebanyak 410. Semua ini merupakan usaha kami untuk (meningkatkan) literasi, edukasi, sosialisasi kepada masyarakat secara keseluruhan. Usaha-usaha kami untuk terus memberikan pendidikan kepada mereka.

Di samping itu, kami inisiatif membuat suatu perusahaan efek (PE) daerah. Nantinya PE daerah itu dimiliki oleh orang atau insitusi yang mengerti mengenai kebudayaan daerah, kultur, sehingga untuk sosialisasi dan edukasinya menjadi lebih mudah. Mungkin lebih terpercaya karena pemegang sahamnya juga dari institusi daerah. Itu akan menambah ketahanan investor retail kita.

BEI berencana mengembangkan digitalisasi pasar modal. Bagaimana nasib perusahaan efek daerah nantinya?

Dengan proses digitalisasi, tetap saja orang ingin menelpon juga. Tidak selalu (pelayanan) harus melalui online. Nah, proses digitalsiasi, itu sebetulnya untuk (urusan) order transaksi. Tetapi (kegiatan) edukasi, literasi, perlu suatu kehadiran (lembaga) di daerah tersebut. Jadi, memang harus ada keterwakilan di daerah tersebut yang tahu kultur dari masing-masing daerah.

Apakah banyaknya kerja sama AB dengan perusahaan fintech merupakan arahan bursa untuk mempercepat literasi pasar modal?

Sebetulnya, saat ini sudah kerja sama dengan fintech, di antaranya SBN (Surat Berharga Negara). Untuk distribusi  saat perdana perdagangan retailnya melalui fintech. Jadi menurut saya, ke depan sangat memungkinkan kami berkolaborasi dengan fintech.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin