Terkait penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi G20, Indonesia sudah mengirim undangan ke seluruh anggota forum. Bagaimana persiapan Rusia?
Kami sudah menerima undangan dari Presiden Joko Widodo untuk Presiden Putin. Dia telah memastikan intensinya untuk menjadi bagian pertemuan G20 di Bali.
Ada banyak kegiatan, pertemuan, dan loka karya dalam rangkaian G20 ini. Tim Rusia menghadiri acara-acaranya, sebagian besar secara daring.
Kami sangat mendukung prioritas Presidensi G20. Kami juga mendukung dan menghargai posisi Indonesia di G20 bahwa forum ini seharusnya berkonsentrasi pada isu ekonomi dan finansial global dan tidak menyeret agenda politik.
Kami juga menghargai Indonesia yang tidak menyerah terhadap tekanan sejumlah negara untuk mengeluarkan Rusia dari G20. Bagaimana akan membahas isu seperti ketahanan energi tanpa melibatkan Rusia? Itu mustahil dan tidak relevan.
Ada agenda khusus yang akan Rusia bawa ke forum?
Tidak ada. Kami mendukung agenda yang sudah disepakati, seperti pemulihan ekonomi global setelah pandemi Covid-19, penguatan sistem layanan kesehatan, transisi energi dan informasi digital. Ini agenda komprehensif dan mencakup isu-isu penting untuk komunitas internasional.
Sejumlah negara, termasuk Amerika, memboikot acara-acara G20 dan meminta Indonesia untuk mengeluarkan Rusia. Apa ini akan menjadi masalah untuk Rusia?
Jika Amerika memilih tidak hadir, itu urusan mereka. G20 masih tetap relevan jika negara lain seperti Cina, India, Rusia, sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia, berpartisipasi.
Tidak masuk akal juga untuk mengganti arah fokus dari isu penting dan relevan untuk seluruh dunia ke krisis politik dan target politis yang ingin dicapai negara-negara Barat. Untungnya, mayoritas anggota G20 tidak mendukung posisi itu.