Di BUMN ada dua tujuan besar untuk Telkom. Pertama, valuasinya naik mencapai Rp500 triliun pada 2024. Di saat yang sama, EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) Telkom juga diminta tumbuh. Jadi tidak bisa hanya hanya valuasinya yang naik, tanpa EBITDA tumbuh. Ini kan real cash dari operasional bisnis.

Apa saja strategi yang dibuat Telkom?

Pertama, unlocking bisnis dengan potensi lebih tinggi dari telekomunikasi untuk menciptakan value. Kedua, mencari dan menyiapkan mesin pertumbuhan baru ke depan.

Bisnis yang sudah unlocking itu Mitratel (PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, anak usaha Telkom Indonesia di bisnis menara telekomunikasi). Dari perhitungan kami, EBITDA dan valuasi tower itu jauh lebih tinggi. 

Mitratel bisa menjadi sumber pertumbuhan baru karena tower-nya. Dia beli banyak tower Telkomsel. Tower Telkomsel itu lokasinya bagus, tapi selama ini tidak dibuka untuk umum. Tenancy juga cuma satu. Yang seperti ini potensinya tinggi. Operator selular itu, kalau tidak mau mikir, cukup ikut saja di mana Telkomsel berada. Sudah selesai dengan pakai tower Telkomsel.

Operator menggunakan tower dengan dua cara. Pertama, kalau di suatu daerah belum ada, maka dia akan pesan untuk dibikinkan tower. Kedua, ketika coverage-nya belum ada, tapi tower operator lain sudah ada, tinggal menumpang dan sewa saja.

Dengan banyaknya tower Mitratel, dari yang tadinya cuma satu tenant bisa ada co-location. Sekitar 58% tower Mitratel ada di luar Jawa yang sebenarnya coverage operator lain itu masih lemah. Jadi potensi co-location besar.

PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) (mitratel.co.id)

Kemudian, unlocking bisnis yang kedua adalah data center. Valuasi dan EBITDA jauh lebih tinggi dibanding telekomunikasi dan tower. Data center ini menjadi sumber pertumbuhan baru. Data center adalah perpanjangan dari telekomunikasi karena terkait konektivitas.

Data center sekarang sedang booming. Telkom yakin dengan bisnis ini karena memiliki ingredient yang lebih lengkap untuk sukses. Kami punya connectivity lengkap. Orang tidak mungkin menyewa space tanpa connectivity.

Kemudian, penggunaan data center mudah diakses dan nantinya banyak diakses. Ini mirip mal yang dibilang sukses kalau dikunjungi banyak orang. Telkomsel itu punya 180 juta pelanggan, Indihome ada hampir 9 juta pelanggan. Belum termasuk enterprise.

Apa strategi transformasi lainnya?

Program ketiga adalah fixed mobile convergence (FMC). Pertumbuhan konsumsi data sekarang tidak hanya di mobile tapi juga di fixed network. Keduanya bisa overlapping. Kalau ini didiamkan, bahaya juga.

Telkom sudah investasi di keduanya, baik di fixed networks yaitu Indihome dan di mobile di Telkomsel. Tapi ini saling mengkanibal, padahal seharusnya ada di satu atap, satu kendali. Ini nanti ada di Telkomsel.

Bayangkan kalau hal seperti itu di-manage dua unit atau perusahaan berbeda, yang terjadi adalah persaingan. Telkomsel mencoba bertahan dengan kasih diskon, misalnya. Indihome juga kasih diskon. Mati kita.

Tapi kalau ini dikelola satu tangan, bisa lebih smooth. Kepentingan lembaga terjaga karena mendapatkan solusi yang lebih optimal. Ini sedang dalam proses.

Program keempat adalah memberikan layanan solusi digital ke perusahaan besar, swasta maupun BUMN. Seperti yang pernah kami lakukan untuk Kimia Farma. Ini adalah sesuatu yang baru bagi Telkom. Sehingga perlu banyak formulasi. Kami sudah melakukan pembahasan partnership dengan Microsoft.

Terakhir, yang kelima, membentuk Digico, anak perusahaan yang dirancang untuk digital. Di Telkomsel, Digico fokus di business-to-consumer di games dan video. Bisa jadi nanti Digico ini memasok video ke operator lain. Namun untuk sektor video ini memang harus hati-hati. Banyak perusahaan video yang kolaps.

Bagaimana kemudian membangun citra Telkom di sektor digital?

Tentu ada tantangannya. Jualannya saja berbeda, kompetensi dan market-nya berubah. Tantangannya adalah reputasi Telkom selama ini dikenal di bidang telekomunikasi, digital belum terlalu dikenal.

Kemudian, kita selama ini memberikan solusi yang agak lebar dari A-Z. Padahal pesaingnya kecil tapi fokus di hal tertentu dan excellent di situ. Mungkin suatu saat bisa juga terjadi kami beli saja mereka. Jadi pengembangannya nanti lewat kolaborasi dan anorganik.

Di digital yang value-nya tinggi ada di B2C. Nanti ada juga yang fokus ke B2B dibentuk di bawah Telkom, tapi belum menetapkan final apa saja perusahaannya. Bisa juga menggunakan partner dari luar atau dari dalam. Berinvestasi di Gojek dan GoTo itu hanya sebagian saja dari seluruh rencana besar Telkom.

Halaman: