Inggris kembali menjadi sorotan setelah jumlah kasus harian Covid-19 di negara tersebut terus melonjak sejak pertengahan Juli 2021 lalu. Mantan komisaris Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) Scott Gottlieb khawatir peningkatan kasus corona tersebut ada kaitannya dengan temuan varian Delta Plus.
Dilansir dari Bloomberg Senin 18 Oktober 2021, rata-rata tambahan kasus Covid-19 di Inggris mencapai 40 ribu kasus per hari dalam sepekan terakhir. Sementara itu, kasus kematian mingguaan akibat corona di negara tersebut telah mencapai 800 kasus.
Sub-varian Delta Plus (AY.4) dengan mutasi S:Y145H dilaporkan meningkat, menurut laporan Outbreak.info. Prevalensinya mencapai 8% dari hasil genome sequence di Inggris.
Strain atau varian Delta Plus itu memiliki mutasi K417N yang memicu kekhawatiran, karena ditemukan pula pada varian Beta dengan peningkatan risiko infeksi ulang. Varian Delta ini pun disebut dapat menginfeksi sel paru-paru lebih cepat daripada jenis virus corona asli, menurut sebuah studi di Jerman.
Adapun terdapat sejumlah faktor penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Inggris. Di antaranya yakni karena pelonggaran pembatasan wilayah sosial dilakukan saat separuh masyarakatnya belum divaksinasi lengkap.
Selain itu, munculnya berbagai macam mutasi virus corona di Inggris membuat penularan virus lebih cepat dari negara Eropa lainnya. Tak hanya itu, Inggris juga dinilai lambat dalam memvaksinasi anak-anak dan remaja, di mana kelompok usia ini termasuk yang rentan terhadap penularan Covid-19.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan