Sejumlah startup di Tanah Air melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya pada bulan lalu. Kabar pengurangan karyawan startup tersebut mulanya datang dari platform edutech Zenius, disusul platform fintech pembayaran LinkAja, dan teranyar platform e-commerce JD.ID.
Berdekatannya jarak PHK antara ketiga startup tersebut disinyalir sebagai akibat dari fenomena ledakan gelembung atau bubble burst. Menurut Investopedia.com, fenomena ini merupakan kondisi bisnis yang cepat mengalami kenaikan namun cepat juga mengalami penurunan.
Para ekonom mengatakan, terdapat sejumlah penyebab utama perusahaan rintisan tersebut secara bersamaan melakukan PHK terhadap karyawannya. Pertama, produk yang ditawarkan kalah bersaing, sehingga perusahaan kehilangan pangsa pasar atau market share secara signifikan. Apalagi, saat ini semakin banyak startup yang terus bermunculan di Tanah Air.
Kemudian, startup dinilai mulai kesulitan mencari pendanaan baru akibat investor lebih selektif memilih perusahaan. “Faktor makro ekonomi secara global penuh ketidakpastian, sehingga investor menghindari pembelian saham startup yang persepsi risikonya tinggi,” ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, dikutip dari Kompas.com, Minggu 29 Mei 2022.
Penyebab lainnya, yakni karena pasar mulai jenuh dan sangat sensitif terhadap promo dan diskon. Hal ini terjadi jika aplikasi tidak memberikan diskon maka jumlah pengguna akan menurun. Lalu, dengan semakin meredanya penyebaran Covid-19 dan aktivitas masyarakat yang kembali pulih, membuat transaksi tak hanya dilakukan secara online melainkan juga secara offline.
Sementara itu, peneliti ekonomi digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, saat ini masih ada sejumlah startup yang masih bergantung pada pendanaan untuk menjalankan bisnisnya. Maka dari itu, ketika perusahaan tersebut gagal mendapatkan pendanaan, biasanya mereka akan kelimpungan sehingga tidak dapat beroperasi secara normal.
Alhasil, pengurangan tenaga kerja menjadi salah satu solusi yang kerap dilakukan startup untuk memperbaiki kondisi keuangannya. “Semakin sedikit pendanaan (dari investor), kemudian startup semakin banyak dan eksponensial, maka bisa terjadi bubble," ujar Nailul.