Indonesia baru saja melakukan pergantian kepemimpinan dari Joko Widodo (Jokowi) ke Presiden Prabowo Subianto. Dalam pidato pertamanya sebagai presiden, Prabowo mengatakan, bakal melanjutkan program hilirisasi yang dirintis Jokowi, sebagai kekuatan ekonomi Indonesia.
“Untuk mencapai kesejahteraan sejati kemakmuran yang sebenarnya, kita harus melakukan hilirisasi kepada semua komoditas yang kita miliki. Nilai tambah dari semua komoditas itu harus menambah kekuatan ekonomi kita, sehingga rakyat kita bisa mencapai tingkat hidup yang sejahtera,” kata Prabowo, Minggu, 20 Oktober.
Jokowi kerap mengatakan hilirisasi sebagai salah satu program yang berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi, terutama yang berasal dari hilirisasi komoditas pertambangan. Selama masa pemerintahannya, Jokowi dikenal atas pembangunan berbagai infrastruktur secara masif lewat Proyek Strategis Nasional.
Namun, Jokowi juga meninggalkan berbagai pekerjaan rumah yang diwariskan ke Prabowo. Di balik pembangunan yang ambisius, Jokowi meninggalkan berbagai permasalahan mulai dari deforestasi yang terus terjadi, konflik agraria, pelemahan kerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hingga indeks demokrasi yang menurun.
Pada tahun pertamanya menjabat sebagai presiden, Prabowo juga memiliki warisan utang jatuh tempo negara mencapai Rp1.353 triliun. Padahal di tengah warisan pekerjaan rumah Jokowi, Prabowo memiliki berbagai target ambisius untuk lima tahun ke depan.
Dalam janji-janji kampanyenya, Prabowo misalnya memiliki program makan siang gratis untuk anak sekolah yang diestimasi tembus Rp800 miliar dalam sehari. Prabowo juga memiliki target pertumbuhan ekonomi hingga 8%.