Dr. Soepomo terkenal sebagai pahlawan nasional Indonesia dan salah satu tokoh utama dalam penyusunan Undang-Undang Dasar 1945. Sosoknya yang berjasa membuatnya dikenang hingga sekarang.
Soepomo memiliki kisah yang menarik untuk diketahui lebih lanjut. Sebab, terdapat nilai-nilai kehidupan dari dirinya yang masih relevan dipegang hingga sekarang.
Sosoknya yang inspiratif pun membuat namanya menjadi nama-nama beberapa jalan di Indonesia. Berkenaan dengan itu, simak biografi Soepomo sebagai berikut.
Sosok Cendekiawan dan Politikus yang Berdedikasi Tinggi
Soepomo lahir di Sukoharjo pada 22 Januari 1903 dan merupakan salah satu putra terbaik bangsa yang telah mengabdikan diri untuk kemerdekaan Indonesia. Lahir di keluarga terhormat, Soepomo menunjukkan prestasi gemilang di dunia pendidikan sejak dini.
Di usia muda, Soepomo menimba ilmu di Europeesche Lagere School dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Solo. Kecintaannya pada hukum membawanya ke Rechtscool di Jakarta, di mana ia menyelesaikan pendidikannya dengan cemerlang pada tahun 1923.
Pada tahun 1924, Soepomo berkesempatan melanjutkan studi di Universitas Leiden, Belanda. Di sana, ia fokus pada hukum adat dan aktif dalam Perhimpunan Indonesia, organisasi yang menanamkan nilai-nilai perjuangan kemerdekaan. Minat dan bakat seninya pun tersalurkan melalui tarian, bahkan ia pernah tampil di Paris pada tahun 1926.
Dedikasi dan kecerdasan Soepomo menghasilkan gelar Meester in de rechten (Mr) dan Doktor pada usia 24 tahun. Disertasinya tentang "Reorganisasi Sistem Pertanian di Wilayah Surakarta" menjadi bukti kehebatannya.
Jiwa nasionalis Soepomo tak pernah padam. Di Belanda, ia bertemu kembali dengan cintanya, Raden Ajeng Kushartati, dan menikahinya setelah kembali ke Indonesia.
Soepomo mengabdikan diri untuk bangsa dengan berbagai profesi, termasuk sebagai Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta, Direktur Justisi di Jakarta, dan Guru Besar Hukum Adat di Rechts Hoge School. Ia kerap turun ke lapangan untuk memahami kondisi rakyat dan aktif memberikan penyuluhan serta bantuan. Cita-citanya untuk kemajuan bangsa membawanya bergabung dengan organisasi Budi Oetomo dan menjadi wakil ketuanya pada tahun 1930.
Sosok di Balik Lahirnya Konstitusi Indonesia
Tahun 1942 menjadi titik balik bagi Soepomo. Di bawah pendudukan Jepang, ia ditunjuk sebagai anggota Mahkamah Agung dan Panitia Hukum dan Tata Negara.
Awalnya, Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia, namun kebijakan mereka yang tidak konsisten justru membawa penderitaan bagi rakyat. Ketidakpercayaan terhadap janji Jepang mendorong Soepomo dan para tokoh pergerakan lainnya untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1945, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan tujuan merumuskan dasar negara. Dalam sidang pertamanya, tiga tokoh, yaitu Muhammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno, mengajukan pokok pikirannya. Soepomo sendiri mengusulkan lima poin rumusan dasar negara pada tanggal 31 Mei 1945, yaitu:
- Persatuan (Unitarisme)
- Kekeluargaan
- Keseimbangan lahir dan batin
- Musyawarah
- Keadilan Rakyat
Kekalahan Jepang di Perang Dunia II mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) kemudian menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 dan menunjuk Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden. Soekarno membentuk Kabinet Presidensial pada tanggal 19 Agustus 1945 dengan Soepomo sebagai Menteri Kehakiman.
Soepomo memiliki peran penting dalam merumuskan hukum di Indonesia, dengan keinginan untuk membangun sistem hukum yang berbeda dari sistem hukum Belanda yang masih mendominasi.
Pada tanggal 14 November 1945, sistem pemerintahan berubah menjadi sistem parlementer, memisahkan kepala negara dan kepala pemerintahan. Soepomo tetap aktif dalam dunia politik dan turut membantu pendirian Universitas Gadjah Mada (UGM) dan panitia reorganisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Karir Diplomatik dan Penghargaan
Soepomo juga terlibat dalam berbagai peran diplomatik, termasuk dalam perundingan-perundingan penting antara Indonesia dan Belanda. Dia memainkan peran penting dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan kesepakatan penting bagi Indonesia.
Setelah KMB, Soepomo diangkat sebagai Duta Besar untuk Belanda dan kemudian untuk Inggris. Di bidang akademik, dia menjadi profesor dan Presiden Universitas Indonesia. Dia juga tercatat menduduki posisi penting dalam beberapa lembaga, seperti International Institute of Differing Civilization.
Jabatan terakhirnya adalah sebagai anggota Panitia Negara untuk Urusan Konstitusi. Soepomo meninggal pada tanggal 12 Desember 1958 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1965 atas jasa-jasanya bagi bangsa Indonesia.
Soepomo merupakan sosok multitalenta yang berdedikasi tinggi untuk kemerdekaan Indonesia. Dia adalah seorang ahli hukum, diplomat, dan akademisi yang telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa dan negara.