Pencemaran lingkungan merujuk pada perubahan besar yang terjadi dalam kondisi lingkungan akibat perkembangan ekonomi dan teknologi. Perubahan ini melebihi batas toleransi ekosistem dan menyebabkan peningkatan jumlah polutan di lingkungan.
Beberapa faktor penyebab pencemaran lingkungan antara lain pertumbuhan populasi yang tidak terkendali dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, serta kurangnya pengelolaan industri yang baik. Selain itu, pencemaran lingkungan juga bisa terjadi secara alami.
Pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai perubahan dalam faktor-faktor non-hidup akibat aktivitas yang melebihi batas toleransi bagi organisme hidup. Contohnya, penggunaan kendaraan bermotor atau pengolahan bahan baku yang tidak mematuhi standar lingkungan.
Ada dua jenis bahan pencemar, yaitu yang dapat terurai kembali atau memiliki sifat berbahaya yang bisa diterima oleh proses alam seperti bangkai hewan. Sedangkan ada juga bahan pencemar yang tidak dapat terurai oleh proses alam, seperti merkuri, timah hitam, arsenik, dan lain-lain.
Jenis-jenis Pencemaran Lingkungan
Berkaitan dengan jenisnya, terdapat berbagai macam pencemaran lingkungan yang muncul. Berikut ini sederet jenis tersebut.
1. Pencemar udara
Pencemaran lingkungan berupa polusi udara dapat berbentuk gas dan partikel. Beberapa contohnya adalah gas HzS yang beracun dan ditemukan di daerah gunung berapi serta dapat dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
Karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) juga merupakan gas pencemar udara. Gas CO tidak berwarna dan tidak berbau, bersifat beracun, dan merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor dan mesin pembakaran dalam.
Jumlah gas CO2 murni dalam udara adalah 0,03%, dan jika melebihi batas toleransi, dapat mengganggu pernapasan. Gas CO2 dihasilkan oleh proses pernapasan makhluk hidup, pembusukan bahan organik, dan pelabuhan dari batuan.
Tingginya jumlah gas ini di atmosfer akan menyebabkan peningkatan suhu di bumi. Oksida belerang seperti SO dan SO3 berasal dari pabrik yang menggunakan belerang dan hasil pembakaran bahan bakar fosil.
Gas ini akan membentuk senyawa asam ketika bereaksi dengan air. Jika senyawa ini turun dengan hujan, maka akan terjadi hujan asam.
Gas nitrogen seperti NO, NO2, dan N2O sangat penting bagi makhluk hidup sebagai bahan pembentuk protein. Namun, jika bereaksi dengan air, akan membentuk senyawa asam.
Komponen organik volatil seperti metan, benzene, klorofluorokarbon (CFC), dan kelompok bromin juga merupakan pencemar udara. CFC sering digunakan sebagai bahan pendingin pada AC, kulkas, alat penyemprot rambut, dan alat penyemprot nyamuk. CFC sangat berbahaya karena dapat merusak lapisan ozon di atmosfer, mengurangi perlindungan bumi dari radiasi sinar ultraviolet.
2. Pencemaran Air
Pencemaran lingkungan yang berikutnya adalah pencemaran air. Polusi air dapat terjadi karena beberapa jenis pencemar. Contohnya yakni pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik seperti sisa detergen.
Buangan industri seperti Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Zinc (Zn), dan Karbon Monoksida (CO) dapat menumpuk dan menjadi zat beracun. Ketika terjadi pencemaran air, zat pencemar akan terakumulasi dalam tubuh organisme air.
Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar. Selain itu, sumber pencemar lainnya adalah bahan anorganik seperti Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Merkuri (Hg), Kromium (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Kobalt (Co), bahan kimia seperti pewarna tekstil dan pestisida, serta bahan organik yang dapat diuraikan oleh mikroba dan memicu peningkatan populasi mikroorganisme di dalam air.
Pencemaran air juga dapat disebabkan oleh cairan berminyak yang berdampak pada penyebaran penyakit, peningkatan pertumbuhan alga dan eceng gondok, penurunan kadar oksigen dalam air yang mengganggu organisme di perairan, serta gangguan pernapasan akibat bau yang menyengat. Pembuangan limbah yang mengandung bahan kimia berbahaya dapat merusak lingkungan sekitar jika tidak dikelola dengan hati-hati.
3. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah terjadi akibat beberapa jenis pencemar. Contohnya yakni adanya sampah-sampah plastik yang sulit terurai, botol, karet sintetis, pecahan kaca, dan kaleng.
Selain itu, detergen yang tidak dapat terurai secara alami juga menjadi penyebab pencemaran. Zat kimia dari limbah pertanian, seperti insektisida, juga ikut menyebabkan pencemaran. Sumber pencemar lainnya mencakup bahan logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), aluminium (Al), timbal (Pb), merkuri (Hg), seng (Zn), arsenik (As), dan lain-lain.
Bahan kimia organik seperti pestisida (insektisida, herbisida, dan fungisida), deterjen, dan sabun juga turut mencemari tanah. Selain itu, bahan pupuk anorganik seperti urea, TSP, ammonium sulfat, dan KCL serta zat radioaktif juga ikut menyebabkan pencemaran.
Dampak dari pencemaran tanah antara lain adalah peningkatan salinitas tanah dan penurunan kesuburan tanah dalam bidang pertanian. Selain itu, bencana alam seperti tanah longsor dan erosi juga merupakan dampak dari pencemaran tanah. Pencemaran tanah juga dapat menyumbat saluran air.
Demikian penjelasan mengenai berbagai macam pencemaran lingkungan yang terjadi. Selanjutnya dapat diketahui, ketiganya disebabkan oleh bahan pencemar yang berbeda-beda.