Di dunia yang semain lekat dengan pembangunan, tingkat kepunahan hewan meningkat dengan cepat. Keberadaan hewan terancam punah, menjadi peringatan keras pada umat manusia, tentang kerentanan ekosistem global.
Dari anggunnya Amur Leopard hingga megahnya gajah, hewan-hewan ini menjadi ikon keberagaman alam yang sekarang terancam punah oleh berbagai faktor, mulai dari perburuan ilegal, hingga hilangnya habitat alami akibat deforestasi dan perubahan iklim.
Setiap spesies yang punah mengurangi kekayaan Bumi secara keseluruhan, tak hanya dari sudut pandang ekologi, tetapi juga dari segi kultural dan estetika. Banyaknya hewan terancam punah ini, memperkuat urgensi untuk bertindak dalam melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati yang semakin terancam.
Berikut ini ulasan mengenai beberapa hewan yang terancam punah, baik oleh tindakan manusia maupun perubahan iklim, yang memerlukan upaya perlindungan dan konservasi.
Jenis-jenis Hewan Terancam Punah
Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN), tercatat ada 44.000 spesies dalam status rentan, bahaya dan terancam punah. Berikut ini 10 jenis hewan yang terancam punah, ditandai dengan semakin sedikitnya jumlah populasi, dikutip dari Eart.org.
1. Amur Leopard
Amur Leopard atau Macan tutul Amur, yang secara ilmiah dikenal sebagai panthera pardus orientalis, adalah salah satu kucing besar terancam punah di dunia. Ini adalah subspesies macan tutul yang berasal dari wilayah Primorye di tenggara Rusia dan Provinsi Jilin di timur laut Cina.
Hewan ini beradaptasi dengan baik terhadap iklim dingin di habitatnya, dengan bulu tebal dan kaki panjang. Macan tutul Amur adalah hewan yang menyendiri dan sulit ditangkap, yang terutama di malam hari.
Mereka adalah pemburu oportunistik, memangsa berbagai hewan termasuk rusa, kelinci, dan mamalia kecil. Macan Tutul Amur ini juga diketahui sesekali berburu hewan ternak sehingga berujung konflik dengan manusia.
Macan Tutul Amur merupakan salah satu hewan yang berada dalam ancaman kepunahan. Antara tahun 2014 dan 2015, hanya sekitar 92 ekor yang tersisa di habitat aslinya. Jumlahnya sekarang diperkirakan sekitar 84 ekor, dan sangat rentan terhadap pemburu liar. Hewan trancam punah ini kerap diburu untuk diambil bulu dan tulangnya, yang kemudian dijual untuk digunakan dalam pengobatan tradisional Asia.
Hilangnya habitat, perburuan liar, dan fragmentasi habitat akibat aktivitas manusia seperti penebangan hutan, pembangunan, dan pembangunan jalan merupakan ancaman utama bagi kelangsungan hidup macan tutul Amur.
Upaya konservasi sedang dilakukan untuk melindungi spesies yang terancam punah ini, termasuk restorasi habitat, patroli anti perburuan liar, dan program penangkaran yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah populasi mereka.
2. Badak
Badak adalah mamalia herbivora berukuran besar yang terkenal dengan tanduknya yang khas dan tubuhnya yang kokoh. Mamalia ini merupakan salah satu hewan yang paling banyak diburu.
Cula mereka digunakan dalam pengobatan tradisional Cina dan ditampilkan sebagai simbol dan demonstrasi kekayaan. Cula Badak Jawa misalnya, dapat dijual hingga US$ 30.000 per kg di pasar gelap.
Akibat perburuan liar, tiga dari lima spesies badak menjadi hewan terancam punah, yakni Badak Hitam, Badak Jawa, dan Badak Sumatera.
Badak Jawa atau rhinoceros sondaicus merupakan badak yang paling mendekati kepunahan dengan hanya tersisa sekitar 60 individu, yang semuanya berada di Taman Nasional Ujung Kulon Indonesia.
Badak Sumatera atau dicerorhinus sumatrensis juga masuk kategori hewan terancam punah. Hilangnya habitat dan perburuan liar telah mendorong jumlah mereka ke tingkat yang sangat rendah, yakni hanya 40 ekor, berdasarkan data World Wild Fund (WWF).
3. Orangutan
Orangutan adalah primata besar yang berasal dari hutan hujan Indonesia dan Malaysia, ditemukan di Kalimantan dan Sumatera. Mereka dikenal dengan bulu khas berwarna merah jingga, lengan panjang, dan sifat lembut.
Dua jenis orangutan, yaitu Orangutan Kalimantan (pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatera (pongo abelii), mengalami penurunan populasi yang tajam.
Orangutan Kalimantan kini diperkirakan berjumlah sekitar 104.700 ekor berdasarkan rentang geografis terkini. Sementara, jumlah Orangutan Sumatera tercatat hanya sekitar 13.846 ekor. Mereka terutama terancam oleh hilangnya habitat akibat deforestasi yang disebabkan oleh aktivitas manusia untuk perkebunan kelapa sawit.
Upaya konservasi untuk melindungi orangutan meliputi pelestarian habitat, reboisasi, patroli anti perburuan liar, serta program rehabilitasi dan pelepasan orangutan yatim piatu atau terluka.
Selain itu, kampanye untuk mendorong produksi minyak sawit berkelanjutan dan kesadaran konsumen sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka dalam jangka panjang.
4. Gorilla
Gorila adalah primata terbesar yang masih hidup. Primata herbivora ini berasal dari hutan di Afrika tengah. Gorila dikenal karena perawakannya yang kuat, ototnya yang besar, dan sikapnya yang lembut.
Ada dua spesies gorila, yakni Gorila Timur atau Eastern Gorilla (gorilla beringei) dan Gorila Barat atau Western Gorilla (gorilla gorilla). Setiap spesies dibagi lagi menjadi dua subspesies.
Gorila Timur meliputi gorila gunung dan gorila dataran rendah bagian timur, sedangkan Gorilla Barat meliputi gorila dataran rendah bagian barat dan Gorilla Cross River.
Tiga dari empat spesies terancam punah dalam daftar merah spesies terancam Punah IUCN, dimana subspesies yang paling terancam adalah Gorilla Cross River.
Saat ini tercatat hanya ada sekitar 200-300 Gorilla Cross River dewasa yang tersisa di alam liar. Seperti banyak hewan terancam punah, penurunan populasi mereka sebagian besar disebabkan oleh perburuan liar, hilangnya habitat, penyakit, dan konflik manusia.
Gorila juga lambat dalam pemulihan karena tingkat reproduksinya rendah, dengan betina hanya melahirkan setiap empat hingga enam tahun sekali. Seekor betina akan berkembang biak tiga atau empat kali seumur hidupnya.
5. Saola
Saola atau pseudoryx nghetinhensis, adalah spesies mamalia langka dan masuk dalam kategori hewan terancam punah yang ditemukan di Pegunungan Annamite di Vietnam dan Laos. Hewan ini merupakan hewan berkuku mirip sapi dengan penampilan yang khas.
Ia memiliki tubuh ramping, kaki pendek, dan kepala kecil. Ciri yang paling mencolok dari saola adalah tanduknya yang panjang dan lurus, yang panjangnya bisa mencapai 50-60 sentimeter. Baik jantan maupun betina mempunyai tanduk, meskipun tanduk jantan biasanya lebih besar.
Sering disebut unicorn Asia, Saola adalah salah satu mamalia paling langka di Bumi. Hewan ini pertama kali ditemukan pada 1992 dan jarang terlihat. Tidak ada survei formal yang dilakukan untuk menentukan jumlah populasi yang akurat, namun IUCN memperkirakan total populasi Ssaola kurang dari 750, kemungkinan besar jauh lebih sedikit.
6. Vaquita
Vaquita, yang secara ilmiah dikenal sebagai phocoena sinus, adalah spesies lumba-lumba yang terancam punah dan hanya ditemukan di bagian utara Teluk California, Meksiko.
Vaquitas adalah cetacea kecil, dewasa biasanya mencapai panjang sekitar 1,4 hingga 1,5 meter dan berat hingga 55 kilogram. Mereka memiliki wajah bulat dengan bercak hitam di sekitar mata dan bibir. Vaquitas mendiami perairan dangkal dan keruh di dekat pantai utara Teluk California. Mereka biasanya ditemukan di daerah dengan kedalaman berkisar antara 10 hingga 50 meter.
Sebagai mamalia laut terkecil dan paling terancam punah di dunia, vaquita telah diklasifikasikan sebagai mamalia laut yang sangat terancam punah oleh IUCN sejak 1996 dan para ahli mengatakan mungkin hanya ada sekitar 10 individu yang tersisa, meskipun ada upaya konservasi yang ekstensif.
Ancaman terbesar mereka adalah penangkapan secara ilegal, ikan besar yang banyak diminati karena kantung renangnya. Akibat aktivitas ini, Vaquitas secara tidak sengaja terjerat dalam jaring insang yang dipasang di totoaba dan tenggelam karena mereka tidak bisa lagi berenang ke permukaan untuk bernapas.
Upaya konservasi menyebabkan diberlakukannya larangan penggunaan jaring insang di habitat vaquita pada bulan Juli 2016, namun penangkapan ikan ilegal terus berlanjut dan ancamannya tetap ada.
Upaya yang dilakukan saat ini terfokus pada penegakan larangan penggunaan jaring insang dan penganiayaan terhadap mereka yang menggunakannya. Para pegiat konservasi juga berupaya mengurangi permintaan totoaba, yang merupakan spesies yang dilindungi.
7. Harimau Sumatra
Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau asli Sumatra, Indonesia. Ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan beberapa subspesies harimau lainnya. Hewan ini memiliki bulu yang lebih gelap dengan pola garis yang lebih jelas, yang membantu untuk berbaur dengan hutan lebat di Sumatra.
Dari semua kucing besar, harimau adalah yang paling dekat dengan kepunahan. Dengan jumlah yang tersisa di alam liar kurang dari 3.900 ekor, populasi mereka hanya 4% dari sejarah populasinya.
Harimau Sumatra khususnya, sangat rentan dan masuk kategori hewan terancam punah. Jumlahnya diperkirakan kurang dari 400 ekor saat ini, akibat percepatan deforestasi dan perburuan liar yang merajalela.
Ancaman utama terhadap Harimau Sumatra mencakup hilangnya dan degradasi habitat akibat penggundulan hutan, pembalakan liar, perluasan pertanian, dan pembangunan infrastruktur. Mereka juga terancam oleh perburuan liar untuk diambil bagian tubuhnya, yang digunakan dalam pengobatan tradisional Asia dan untuk tujuan dekoratif.
Meskipun terdapat peningkatan upaya dalam konservasi harimau, termasuk memperkuat penegakan hukum dan kapasitas anti perburuan liar, serta masih terdapat pasar yang besar di Sumatra dan wilayah lain di Asia untuk produk dan bagian tubuh harimau.
8. Lumba-lumba Tanpa Sirip Yangtze
Lumba-lumba tak bersirip Yangtze, yang secara ilmiah dikenal sebagai neophocaena asiaeorientalis ssp. asiaeorientalis, adalah subspesies lumba-lumba tak bersirip yang berasal dari Sungai Yangtze dan danau-danau di sekitarnya, di Cina.
Lumba-lumba tak bersirip Yangtze memiliki tubuh yang ramping dan ramping tanpa sirip punggung, yang membedakannya dari spesies lumba-lumba lainnya. Alih-alih sirip punggung, hewan ini memiliki punggung yang dilapisi kulit keras, yang membantunya menjaga stabilitas saat berenang di perairan sungai yang bergejolak. Hewan ini memiliki dahi yang membulat dan moncong kecil yang tumpul.
Lumba-lumba tak bersirip Yangtze termasuk hewan terancam punah, dan rentan terhadap penangkapan ikan. Meski tidak menjadi sasaran langsung para nelayan, banyak spesies yang mati karena tersangkut alat tangkap secara tidak sengaja.
Perairan tempat ditinggal juga selalu ramai dengan nelayan dan masyarakat, yang menggunakan saluran air untuk berpindah-pindah, sehingga hewan ini kerap terluka dan terbunuh oleh perahu dan kapal.
Selain itu, perairan Yangtze juga dipengaruhi oleh tingginya tingkat polutan beracun. Terdapat antara 1.000 hingga 1.800 lumba-lumba tak bersirip yang tersisa di Sungai Yangtze. Tingkat penurunan tahunan sebesar 13%, dapat diartikan bahwa hewan-hewan ini diperkirakan akan punah dalam waktu 10 tahun jika tidak ada tindakan konservasi yang efektif.
9. Penyu
Penyu merupakan hewan reptil yang termasuk dalam ordo Testudines, yang memiliki ciri-ciri cangkang tulangnya. Ini berfungsi sebagai penutup pelindung tubuh.
Cangkang Penyu terdiri dari dua bagian utama, yakni karapas (cangkang atas) dan plastron (cangkang bawah). Cangkangnya terdiri dari tulang yang ditutupi oleh lempengan yang disebut sisik, dan memberikan perlindungan dari predator dan bahaya lingkungan.
Secara keseluruhan, penyu memainkan peran ekologis yang penting sebagai mangsa, predator, dan insinyur ekosistem. Hewan ini adalah makhluk menakjubkan dengan beragam adaptasi yang memungkinkan mereka berkembang di berbagai lingkungan selama jutaan tahun.
Namun, banyak spesies penyu menghadapi ancaman yang signifikan, sehingga menyoroti perlunya upaya konservasi untuk menjamin kelangsungan hidup mereka dalam menghadapi tantangan lingkungan yang sedang berlangsung.
Dua spesies penyu berada dalam status kritis dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN, yaitu Penyu Sisik dan Penyu Kemps Ridley. Sementara, Penyu Belimbing tergolong rentan, meskipun populasinya menurun dan beberapa subpopulasi menghadapi kepunahan.
Perburuan adalah salah satu ancaman terbesar bagi penyu, yang membuat reptil ini masuk dalam kategori hewan terancam punah. Para pemburu liar kerap mengincar telur, cangkang, daging, dan kulit penyu. Selain itu, penyu juga berisiko terkena hilangnya habitat, tangkapan sampingan, polusi, dan perubahan iklim.
Suhu pasir menentukan jenis kelamin tukik dengan telur yang berkembang menjadi betina di suhu yang lebih hangat. Artinya, perubahan suhu sekecil apa pun dapat mengganggu rasio jenis kelamin suatu populasi.
10. Gajah
Gajah adalah mamalia besar dan ikonik yang termasuk dalam famili Elephantidae dan ordo Proboscidea. Mereka dikenal karena ciri khasnya, termasuk belalainya yang panjang, gadingnya (pada beberapa spesies), dan telinga yang besar.
Terdapat tiga spesies gajah yang masih hidup, antara lain gajah semak Afrika (loxodonta africana), gajah hutan Afrika (loxodonta cyclotis), dan gajah Asia (elephas maximus). Gajah Afrika ditemukan di berbagai habitat di Afrika sub-Sahara, sedangkan gajah Asia ditemukan di beragam habitat di Asia, termasuk hutan, padang rumput, dan lahan basah.
Masuk dalam daftar hewan terancam punah di dunia, populasi gajah, terutama di Afrika tengah dan sebagian Afrika Timur. Dengan perkiraan 415.000 gajah tersisa di Afrika, spesies ini dianggap rentan, dengan populasi tertentu diburu hingga punah.
Sementara, jumlah gajah Asia telah menurun setidaknya 50% selama tiga generasi terakhir, dan jumlahnya masih terus menurun hingga saat ini. Dengan hanya tersisa 40.000-50.000 ekor di alam liar, spesies ini tergolong terancam punah. Namun spesies yang paling berisiko adalah gajah Sumatra, yang populasinya sekitar 2.400-2.800 individu.
Demikianlah ulasan mengenai 10 jenis hewan yang terancam punah. Nasib spesies yang terancam punah menjadi pengingat akan dampak aktivitas manusia terhadap alam. Dengan mengambil tindakan untuk melestarikan hewan terancam punah dan habitatnya, manusia tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati yang luar biasa di bumi namun juga menjamin masa depan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang.