Di era pasca-kebenaran, penyebaran kabar bohong atau hoaks kian masif. Warga dunia, termasuk di Indonesia perlu mewaspadai informasi yang diterima, baik berupa tulisan atau foto. Terutama yang disebar melalui media sosial.
(Baca: Jadi Sarang Hoaks, Facebook hingga Google Bisa Didenda Rp 500 Juta)
Kini produksi hoaks semakin canggih. Ada teknologi yang disebut “Deepfake” yang mampu memanipulasi suara dan wajah seseorang ke dalam bentuk video.
(Baca: Dengung Propaganda Politik di Media Sosial)
Deepfake berbasis rekayasa kecerdasan (artificial intellegence) yang secara umum mampu mengolah audio dan video lewat sejumlah aplikasi. Kemampuan deepfake ini sering dipakai untuk membuat hoaks hingga video porno dengan menggunakan wajah orang lain.
(Baca: Tren Hoaks Meningkat Jelang Pemilu)
Walau begitu, teknologi deepfake dapat ditangkal dengan pengembangan aplikasi Deeptrace yang mampu mendeteksi konten-konten manipulasi. Selama tujuh bulan terakhir, tim Deeptrace Labs telah menemukan lebih dari 14 ribu video deepfake.