Profil Pindad, Produsen Maung yang Diincar KPU

Dzulfiqar Fathur Rahman
30 Oktober 2022, 12:38
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mencoba kendaraan taktis (rantis) buatan PT Pindad (Persero), bernama Maung 4x4, di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (12/7).
Instagram/@prabowo
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mencoba kendaraan taktis (rantis) buatan PT Pindad (Persero), Maung 4x4, di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (12/7).

Komisi Pemilihan Umum (KPU) berencana membeli kendaraan taktis, mobil dobel gardan (4x4). Salah satu jenis yang tengah diincar adalah Maung 4x4 buatan PT Pindad. Kendaraan ini dinilai cocok untuk mengangkut logistik, terutama di daerah terpencil.

Sekretaris Jenderal KPU Bernard Darmawan mengatakan, pilihan kepada Maung karena buatan dalam negeri. “Rencananya memang untuk daerah-daerah yang susah terjangkau,” kata dia pada 26 Oktober 2022 lalu. 

(Baca: KPU Mau Beli Kendaraan Maung Pindad MV2 4x4, Untuk Apa?)

Maung adalah salah satu dari 13 kendaraan yang diproduksi PT Pindad. Maung dipakai sebagai kendaraan pertempuran jarak dekat dan penjelajahan jarak jauh. Pengguna dapat melengkapi mobil ini dengan bracket dan konsol senjata, navigasi GPS, dan lainnya.

Sebelum dikenal sebagai pabrikan kendaraan taktis dan alat persenjataan, Pindad memulai sejarahnya sebagai bengkel perkakas persenjataan Hindia Belanda bernama Constructie Winkel (CW). Bengkel tersebut didirikan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di Surabaya pada 1808. 

Selain bengkel senjata, Daendels juga membangun bengkel amunisi berkaliber besar Proyektiel Fabriek (PF) dan laboratorium kimia di Semarang. Selanjutnya pemerintah mendirikan bengkel bahan peledak untuk angkatan laut bernama Pyrotechnische Werkplaats (PW) pada 1850. Pemerintah Hindia Belanda kemudian memindahkan pabrik-pabrik tersebut ke Kiaracondong, Bandung pada 1932 dan lebur menjadi Artilerie Inrichtingen (AI).   

Pada masa revolusi, pasukan sekutu menguasai pabrik persenjataan di Kiaracondong yang kemudian diberi nama menjadi Leger Produktie Bedrijven (LPB). Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949, Belanda harus menyerahkan asetnya kepada Indonesia termasuk LPB. 

Pemerintah Indonesia kemudian mengganti nama LPB menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM).  Pengelolaannya lalu diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD).

PSM Sempat mengalami krisis tenaga ahli, terutama pekerja asing yang harus kembali ke negaranya. Untuk mengatasinya, pemerintah mengirimkan banyak pemuda ke luar negeri untuk mempelajari persenjataan dan balistik.  

Pada 1 Desember 1968, PSB berubah nama menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD). Pabrik tidak hanya memproduksi senjata dan amunisi, tapi juga peralatan militer lain untuk mengurangi ketergantungan dari negara lain. Pada era ini, Pabal AD banyak menjalin kerja sama dengan perusahaan senjata di Eropa. 

Pada era ini pula, pemerintah Belanda menyerahkan Cassava Factory, pabrik tepung ubi kayu yang berada di Turen, Malang, Jawa Timur. Pabrik ini kemudian menjadi lokasi Divisi Munisi Pindad.

Pada 1962, Pabal AD diubah menjadi Perindustrian Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (Pindad). Ini sejalan dengan mandatnya untuk mendukung tentara angkatan darat. Pada 1983, Pindad menjadi perseroan terbatas agar lebih fleksibel, termasuk dalam pendanaan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...