Imbauan Kementerian Pertanian Agar Peternak Ayam Broiler Tak Merugi

Image title
Oleh - Tim Publikasi Katadata
28 September 2018, 13:50
Ayam Broiler
Katadata

Jakarta -Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan imbauan kepada para pelaku usaha agar bersama-sama menjaga iklim usaha perunggasan yang lebih kondusif untuk mengatasi penurunan harga ayam broiler/pedaging hidup (live bird) di tingkat peternak. Penurunan harga diindikasikan akibat kelebihan pasokan. "Kita mendorong kepada semua pelaku usaha untuk melakukan upaya pemotongan, penyimpanan, dan pengolahan sebelum dijual ke pasaran,” kata  Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita di ruang kerjanya pada Kamis (27/09).

I Ketut menyatakan bahwa pasar untuk komoditi unggas di Indonesia saat ini didominasi komoditas segar (fresh commodity), sehingga produk mudah rusak. Kecepatan distribusi dan keseimbangan pasokan dan permintaan menjadi faktor penting penentu harga. Untuk itu, I Ketut berharap agar hasil usaha peternak tidak lagi dijual sebagai ayam segar, melainkan dalam ayam beku, ayam olahan, ataupun inovasi produk lainnya. 

“Kami meminta kepada pelaku usaha untuk melakukan pemotongan di Rumah Potong Hewan Unggas (RPUH), dan memaksimalkan penyerapan karkas untuk ditampung dalam cold strorage, sebagai cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan,” imbaunya. Ia berharap langkah ini bisa membuat harga ayam di tingkat peternak (farm gate) dapat kembali normal mulai Jum'at, 28 September 2018.

Untuk wilayah Jabodetabek, Dirjen PKH berharap agar ayam Live Bird (ayam broiler hidup) dengan berat 1,8 kg/ekor sampai dengan 2,2 kg/ekor dijual dengan harga minimal Rp16.000 dan bertahap akan naik hingga menjadi Rp17.000. Wilayah Tasik, Priangan, Bandung, Subang, harga diharapkan bisa mencapai harga Rp15.000 hingga Rp16.000. Sedangkan Jawa Tengah setidaknya dapat mecapai Rp14.500 hingga Rp16.000. Harga di Jatim diharapkan dapat mencapai Rp16.000 hingga Rp16.500, sementara di Lampung mencapai kisaran Rp16.000 hingga Rp17.000. Selanjutnya, awal Oktober 2018 sudah dapat mencapai harga sesuai dengan harga acuan Kementerian Perdagangan.

I Ketut menerangkan kondisi daging ayam nasional pada 2018 ini memang mengalami surplus, bahkan sudah ekspor. Potensi produksi karkas 2018 berdasarkan realisasi produksi DOC (Januari-Juni 2018) dan potensi (Juli-Desember 2018) sebanyak 3.382.311 ton, dengan rataan perbulan sebanyak 27.586 ton.  Sedangkan proyeksi kebutuhan daging ayam (karkas) 2018 sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan kebutuhan per bulan sebanyak 254.273 ton.

Menurut Ketut, poduksi berlebih justru diinginkan untuk menyasar ekspor. Produksi kurang dianggap berbahaya.  “Yang selalu kami imbau ke perusahaan integrator untuk terus menggenjot ekspor,” ujarnya. Saat ini Indonesia sudah ekspor telur tetas ayam ras ke Myanmar, DOC (Day Old Chicken) ke Timor Leste, dan produk daging ayam olahan ke Jepang, Papua New Guinea (PNG), serta Myanmar.

Pemerintah saat ini juga terus berupaya untuk mendorong peningkatan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia yang masih rendah. Peningkatan konsumsi protein hewani, akan berdampak terhadap peningkatan  permintaan produk hewan, termasuk daging unggas, sehingga dapat menyerap pasokan unggas di dalam negeri.

Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...