Pasokan Berkurang, Harga Minyak Dunia Menuju US$ 40

Maria Yuniar Ardhiati
7 Maret 2016, 18:43
Pengeboran minyak lepas pantai.
KATADATA

KATADATA - Setelah sempat terpuruk dalam pada medio Februari lalu, harga minyak dunia terus merangkak naik pada awal bulan ini hingga mendekati level US$ 40 per barel. Menggeliatnya harga minyak tersebut didukung oleh dua faktor.

Pada Senin ini (7/3), harga kontrak berjangka minyak mentah Brent mencapai US$ 39,2 per barel atau naik hampir satu persen dari akhir pekan lalu. Harga ini lebih tinggi sekitar 33 persen dibandingkan pertengahan Februari lalu, ketika harga minyak berada di posisi terendah sejak 2003 silam. Sementara  itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$ 36,4 per barel, atau naik 44 sen dolar Amerika Serikat (AS) dari Jumat pekan lalu.

Kenaikan harga minyak belakangan ini terkait dengan berkurangnya pasokan minyak di pasar. Analis ANZ Bank melihat para produsen minyak serpih di AS menghentikan produksi untuk mengamankan investasinya. Selama 11 pekan berturut-turut, mereka telah mamangkas jumlah kilang minyak yang dioperasikan lantaran anjloknya harga minyak. 

Contohnya, perusahaan jasa pengeboran minyak, Baker Hughes, menarik delapan rig minyak pada 4 Maret lalu. Jadi, jumlah rig yang tersisa sebanyak 392 unit. “Para produsen memilih fokus pada sumur yang belum selesai digarap, di tengah melemahnya harga minyak," kata ANZ Bank, seperti dikutip dari Reuters.

(Baca: Februari, Harga Minyak Indonesia Mulai Merangkak Naik)

Kondisi seretnya pasokan minyak tersebut turut mempengaruhi sentimen para investor kontrak berjangka terhadap harga minyak di masa depan. Para pedagang minyak juga berhenti bertaruh bahwa harga minyak akan terus melorot. Alhasil, harga minyak perlahan-lahan mampu merangkak naik. “Pasar kredit yang ketat akan mempersulit produsen gas shale di Amerika Serikat untuk membiayai kembali utang di masa depan. Kita juga akan melihat penurunan secara bertahap untuk produksi minyak Amerika Serikat pada 2016-2017,” kata ANZ.

Faktor lain pendukung kenaikan harga minyak adalah mulai tumbuhnya optimisme terhadap perbaikan ekonomi dunia. Para pelaku pasar pun menjadi lebih percaya diri menghadapi pasokan yang berkurang sementara permintaan minyak mulai meningkat. Setidaknya ada empat negara, termasuk Rusia, Arab Saudi dan Iran, yang berkomitmen tidak akan mendongkrak produksinya agar tetap stagnan seperti periode Januari lalu. Menteri perminyakan Nigeria menyebut, para pejabat dari negara-negara produsen utama minyak dunia akan mengadakan pertemuan di Moskow, Rusia, pada 20 Maret nanti, untuk membahas kesepakatan tersebut.

(Baca: Harga Minyak Anjlok, Industri Penunjang Migas Beralih ke Nonmigas)

Halaman:
Reporter: Maria Yuniar Ardhiati, Miftah Ardhian
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...