Tahan Bunga Rendah, Bank Sentral Amerika Dicurigai Main Politik

Martha Ruth Thertina
20 Oktober 2016, 12:38
Dolar Amerika Serikat
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA

Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, ikut terseret pertentangan politik negara tersebut menjelang pemilihan presiden. Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, menuding The Fed telah bermain politik karena terus mempertahankan suku bunga dana acuan Fed rate. Padahal, sejak Mei lalu, para petingginya selalu mengisyaratkan rencana kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. 

Seperti diberitakan USA Today, Trump menuding Kepala The Fed Janet Yellen mempertahankan kebijakan suku bunga rendah untuk membuat Presiden Barrack Obama terlihat baik dan membantu calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton untuk memenangkan pemilu. Trump bahkan mengancam bakal mengganti Yellen jika ia terpilih jadi presiden.

Yellen tentu saja menyangkal tudingan Trump. Ia menegaskan bank sentral bersifat independen. Pertemuan-pertemuan The Fed tidak pernah membahas masalah politik. Selain itu, pertimbangan politik tidak pernah berperan dalam pengambilan keputusan-keputusan bank sentral AS.

Yellen juga menepis kritik dari anggota parlemen Partai Republik bahwa dukungan dana sebesar US$ 2.700 dari gubernur The Fed Lael Brainard untuk dana kampanye Hillary dan sarat konflik kepentingan. (Baca juga: Tunggu Tiga Faktor, Bunga Acuan BI Diprediksi Tetap)

Medio September lalu, The Fed memang mempertahankan suku bunga acuan di level 0,25-0,5 persen. Level ini telah berlangsung selama sembilan bulan alias sejak Desember tahun lalu. Kalau suku bunga acuan dinaikkan maka bakal mengerek bunga simpanan dan kredit perbankan di Amerika. Hal ini tentu tidak diinginkan masyarakat di tengah masih lesunya ekonomi.

The Fed bakal kembali menentukan kebijakan suku bunga melalui pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 2 November mendatang. Waktu itu hanya enam hari sebelum pemilihan presiden digelar pada 8 November 2016.

Salah satu pendiri Bespoke Investment, Paul Hickey mengatakan, kenaikan suku bunga sebelum pemilu presiden bakal mematahkan tudingan bahwa The Fed telah berpolitik. Keputusan tersebut bakal menunjukkan independensi bank sentral dan kembali mendorong wacana bank sentral yang tidak berpolitik. 

Namun, Senior Fixed Income Strategist Wells Fargo Securities Boris Rjavinski meyakini The Fed bakal lebih mendasari keputusannya pada data ekonomi ketimbang pertimbangan politik. Ia pun menilai, bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga hanya untuk menunjukkan independensinya.

(Baca juga: Bank Indonesia Jaga Stabilitas Rupiah Jelang Pemilihan Amerika)

Halaman:
Reporter: Martha Ruth Thertina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...