Kemenperin Merasa Perlu Waktu untuk Transisi ke Mobil Listrik

Miftah Ardhian
30 Oktober 2017, 20:44
Mobil Listrik Nissan E-Power
Arief Kamaludin|KATADATA
Mobil listrik Nissan E-Power di acara GIIAS 2017, Tangerang, Banten, Kamis (10/8).

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan perlu ada masa transisi bagi Indonesia sebelum benar-benar memproduksi dan menjual mobil listrik di dalam negeri. Kesiapan infrastruktur dan industri otomotif Tanah Air menjadi alasannya. Ini merupakan kesimpulan atas kunjungan Kemenperin ke Jepang pekan lalu.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan kunjungannya ke Jepang adalah untuk mengevaluasi proyek-proyek yang akan dijalankan oleh pemerinta. Salah satu yang menjadi pembahasan adalah terkait mobil listrik.

(Baca: Jokowi Setuju Rencana Wajib Produksi Mobil Listrik Tahun 2025)

Menurutnya, negara dengan teknologi maju seperti Jepang saja membutuhkan waktu transisi sebelum memproduksi dan menggunakan mobil dengan bahan bakar sepenuhnya dari listrik. Apalagi negara seperti Indonesia yang perkembangan teknologinya masih di bawah Jepang.

"Jepang arahnya memang listrik, tapi menuju ke sana ada masa transisi ke hybrid. Secara gradual pindah tidak bisa langsung dan Jepang melalui proses itu," ujar Putu saat ditemui di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (30/10).

Dia menjelaskan terdapat beberapa alasan perlunya masa transisi. Pertama, dampak yang ditimbulkan industri otomotif dan industri terkait lainnya dalam memproduksi mobil listrik secara keseluruhan. Jumlah komponen mesin yang digunakan oleh mobil konvensional bisa mencapai ribuan, yang diproduksi oleh banyak industri. Sedangkan, mobil listrik hanya ratusan komponen.

(Baca: Jonan Beberkan Alasan Perlunya Insentif Pajak untuk Mobil Listrik)

Kedua, kesiapan industri dalam negeri dalam memproduksi mobil listrik. Putu mengatakan, Indonesia tidak bisa gegabah dalam melakukan produksi tersebut. Karena teknologi yang digunakan cukup tinggi. Apabila memutuskan menggunakan teknologi tertentu tetapi belum mapan, dikhawatrikan akan berubah di tengah jalan. Dampaknya, industri tidak siap memproduksi mobil listrik secara berkelanjutan.

"Di tengah jalan kalau berubah lagi, nanti kita (Indonesia) hanya akan menjadi pengguna. (Padahal) kita berharap kontribusi dalam produksi," ujarnya. "Kalau tidak siapkan industrinya, ujung-ujungnya harus beli (impor) lagi."

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...