Satelit Pemantau Data Pangan Mulai Digunakan Akhir Februari
Pendataan produksi tanaman pangan melalui satelit milik Lembaga dan Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) dan aplikasi perangkat lunak siap dilakukan mulai akhir Februari 2018. Pantauan lewat sistem tersebut rencananya akan dilakukan di 6 wilayah, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Sumatera Selatan, dan Bali.
Deputi Bidang Informasi Spasial Tematik Badan Informasi Geospasial (BIG) Nurwadjedi menyatakan untuk tahap awal pengawasan lewat satelit baru hanya akan dilakukan untuk tanaman padi. “Nanti tinggal beberapa provinsi akan menyusul, mudah-mudahan cuaca mendukung,” kata Nurwadjedi di Jakarta, Rabu (14/2).
Sistem tersebut akan mengkaji estimasi panen raya dengan luasan areal sawah serta umlah produksi. Nantinya, pendataan hasil data modis dapat merekam pertumbuhan ditambah dengan pengecekan lapangan lewat Kerangka Sampel Area (KSA).
Nurwadjedi juga menuturkan, dengan sistem tersebut tingkat ketepatan estimasi produksi padi bisa mencapai 85%. Data modis juga bisa diperbaharui setiap 2 hari sekali. Sementara, pengecekan dilakukan setiap 16 hari dalam satu waktu.
(Baca : BPS - Kementan Pakai Satelit Lapan untuk Data Pangan Mulai 2018)
BIG beserta Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah melakukan penyesuaian data untuk daerah Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara, Lampung, dan Aceh, “Data lapangan ini untuk memastikan, tidak ada perbedaan dengan teknologi,” jelas Nurwadjedi.
Deputi Bidang Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud menjelaskan sistem satelit dan aplikasi perangkat lunak bakal berhubungan dengan one map policy yang tengah digodok pemerintah. Pemantauan lapangan secara tepat bakal memudahkan kinerja penyerapan Perum Bulog.
Satelit bakal bisa memantau fase generatif dan vegetatif tanaman sehingga perhitungan panen raya lebih tepat. “Bulog bisa cepat serap kalau sudah mulai panen karena indikasinya lebih jelas,” ujar Musdhalifah.