Impor Bahan Baku Meningkat, Industri Dalam Negeri Menggeliat

Michael Reily
15 Februari 2018, 19:47
PEMBANGUNAN PABRIK OKI PULP & PAPER MILLS
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Foto udara pembangunan pabrik OKI Pulp & Paper Mills di Sungai Baung Kec Air Sugihan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan, Kamis (9/3). Progres pembangunan Pabrik OKI Pulp & Paper Mills ini hampir mencapai 100%, saat ini sudah mulai beroperasi denga

Industri manufaktur dalam negeri disinyalir tengah menggeliat. Impor bahan baku dan bahan modal sepanjang Januari 2018 tercatat melonjak masing-masing sebesar 24,76% dan 30,90% sekaligus menjadi kontributor utama terhadap realisasi impor di Januari 2018, diyakini menjadi indikator penguatan aktfitas produksi dan investasi industri dalam negeri.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku cukup optimistis peningkatan angka impor yang tajam, di satu sisi merefleksikan tingginya tingkat kebutuhan bahan baku untuk industri dalam negeri. Ia menjelaskan naiknya impor bahan baku dan barang modal menjadi indikator industri dan investasi yang sehat.

Oleh karena itu, dia meminta agar industri menjaga kemampuan dan daya saing. “Ekspor dan peningkatan capital in flow menjadi penting, supaya defisit dari impor tidak menimbulkan persepsi buruk dari luar,” jelas Sri di Jakarta, Kamis (15/2).

(Baca : Impor Migas Melonjak, Neraca Dagang Januari Defisit US$ 670 Juta) 

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2018 mengalami defisit sebesar US$ 670 juta. Dalam laporannya, BPS juga mencatat nilai impor pada Januari 2018 sebesar US$ 15,13 miliar, meningkat 26,44% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 11,97 miliar.

Ditinjau dari jenis penggunaan barang, sebayak 74,58% atau sekitar US$ 11,29 miliar dari total impor Indonesia berasal dari impor bahan baku atau bahan penolong, kemudian 16,48% atau sekitar US$ 2,49 milir untuk barang modal dan 8,94% sisanya atau setara dengan US$ 1,35 miliar untuk impor barang konsumsi.

Mengkonfirmasi nilai impor tersebut, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyatakan tingginya impor Januari lalu disebabkan oleh pembelian spare part untuk pemeliharaan barang modal. Pasalnya, industri membutuhkan perawatan alat dan mesin (overhaul) untuk melakukan kegiatan produksi.

(Baca : Ekspor Nonmigas Sokong Neraca Dagang 2017 Surplus US$ 11,84 Miliar) 

Menurutnya, saat ini banyak industri sedang melakukan perawatan. “Barang modal jangan ditahan, mesin yang sudah diimpor bisa jadi tidak jalan karena tidak ada spare part,” katanya kepada Katadata.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...