Perang Dagang Diprediksi Bisa Berdampak dalam Jangka Menengah

Image title
Oleh Ekarina - Dimas Jarot Bayu
29 Juni 2018, 19:47
Pelabuhan Ekspor
Agung Samosir|KATADATA
Pelabuhan ekspor impor.

Sejumlah kalangan menyebut dampak perang dagangan Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok bisa mempengaruhi Indonesia  dalam jangka menengah dan panjang. Upaya antisipatif  pun mesti dilakukan guna meninimalisir dampak  ketidakpastian global.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan perang dagang yang dilakukan Amerika Serikat dan Tiongkok bisa merugikan Indonesia dalam jangka menengah. Menurut Airlangga, Tiongkok bakal kehilangan pasar AS jika perang dagang terjadi.

Hal tersebut akan membuat Tiongkok mengalihkan pasarnya ke negara lain, termasuk Indonesia. Dengan demikian, produk Tiongkok bisa membanjiri Indonesia.

"Perang dagang itu akan berpengaruh dalam jangka menengah," kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Jumat (28/6).

(Baca : Pemerintah Hati-hati Sikapi Perang Dagang AS-Tiongkok)

Karenanya, Airlangga menilai pemerintah akan terus memantau situasi perang dagang yang terjadi antara kedua negara tersebut. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi atas dampak merugikan yang mungkin timbul.

"Jangka menengah kami harus jaga. Pemerintah akan terus pantau," kata Airlangga.

Meski demikian, Airlangga menilai dalam jangka pendek Indonesia bisa mendongkrak ekspor dari adanya perang dagang AS-Tiongkok. Untuk itu dia menilai peluang ini perlu segera dimanfaatkan.

"Jangka pendeknya Indonesia mendapat gain," kata dia.

Sementara itu,  Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga mengatakan, perang dagang AS-Tiongkok belum berimbas terhadap neraca perdagangan dalam negeri untuk jangka pendek.

Menurutnya, defisit neraca dagang Mei lalu yang tercatat sebesar US$ 1,52 miliar lebih diakibatkan oleh lonjakan impor migas dan non migas karena ada peningkatan kebutuhan dalam negeri, khususnya bahan bakar dan pangan selama Ramadan dan Lebaran.

(Baca : Pengusaha Minta Pemerintah Waspadai Ketidakpastian Global)

Namun dia menyebut ada kekhawatiran perang dagang bisa mempengaruhi neraca dagang untuk jangka panjang. "Jangka panjang efeknya mungkin bisa negatif. Volume perdagangan nantinya menurun, demikian pula dengan ekspor kita  sementara impor bisa naik," katanya kepada Katadata.

Karenanya, perlu kebijakan struktural untuk meminimalisir dampak perang dagang, meskipun untuk melakukannya memerlukan waktu. Sedangkan untuk jangka pendek, kebijakan menaikan suku bunga Bank Indonesia, diharapkan dapat menjaga devisa dan aliran dana keluar (outflows) serta menahan inflasi.

Adapun di sisi perdagangan, pemerintah dinilai perlu segera mengintensifkan perjanjian dagang, seperti yang  lebih dulu dilakukan Vietnam hingga akhirnya negara tersebut bisa memanfaatkan global value chain di Asia Tenggara untuk meningkatkan perannya di perdagangan internasional.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menuturkan hal senada. Meskipun tengah memanas, tapi dia belum melihat dampaknya dari sisi neraca dagang. "Jangka pendek belum berdampak. Selama masih ada proses negosiasi AS-Tiongkok, maka perang dagang masih bisa jadi wacana," ujarnya kepada Katadata.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...