Hadapi Kerja Sama Dagang RCEP, Pengusaha Minta Regulasi Dipermudah

Dimas Jarot Bayu
12 November 2018, 09:49
Pelabuhan ekspor
Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi pelabuhan ekspor.

Sejumlah pelaku industri menyatakan kesiapannya menghadapi rencana kerja sama dagang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang melibatkan 16 negara. Para pengusaha dalam negeri menyatakan memiliki berbagai strategi untuk mendongkrak ekspor lewat RCEP.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan, kesiapan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sudah sangat matang. Rencananya, industri TPT bakal mendorong ekspor produk pakaian yang memiliki nilai tambah dan lapangan kerja lebih besar.

Melalui RCEP, Ade menargetkan ekspor TPT naik menjadi dua kali lipat dalam tiga hingga empat tahun ke depan. Saat ini, kata Ade, nilai ekspor dari TPT senilai US$ 13 miliar.

"Kami harapkan bisa naik paling sedikit 100% dalam 3-4 tahun ke depan," kata Ade ketika dihubungi Katadata.co.id, akhir pekan lalu. 

(Baca juga: Finalisasi Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional Dibayangi Hambatan)

Menurut Ade, RCEP dapat menguntungkan industri TPT Indonesia lantaran bisa membuka peluang masuk ke negara besar. Sebab, RCEP tak hanya diikuti oleh negara di Asia Tenggara, namun juga Australia, India, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Selandia Baru.

Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat pun menyatakan industri makanan dan minuman (mamin) telah siap menghadapi adanya RCEP. Selama ini industri mamin juga telah bersaing melalui adanya perjanjian perdagangan bebas (FTA) Asia Tenggara.

"Kami sendiri dari industri makan dan minuman sebenarnya siap," kata Rachmat.

Hanya saja, Rachmat menilai pemerintah perlu mempermudah produksi industri mamin lebih baik melalui regulasi. Selama ini, Rachmat menilai masih banyak regulasi yang menghambat industri mamin untuk bisa memiliki daya saing lebih baik.

(Baca: India dan Tiongkok Jadi Mitra Prioritas ASEAN di RCEP)

Rachmat mencontohkan, kebijakan pembatasan impor kerap menghambat industri mamin untuk bisa mendapatkan bahan baku. Padahal, tidak semua bahan baku tersebut tersedia di Indonesia.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...