Alfamart Suntik Modal Rp 25 Miliar ke Anak Usaha

Image title
Oleh Ekarina
8 Februari 2019, 10:40
Alfamart Lanjutkan Ekspansi
Arief Kamaludin / Katadata
Stand Alfamart di area pameran

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), pemilik  jaringan gerai Alfamart menyuntik modal Rp 25 miliar ke PT Sumber Indah Lestari (SIL), anak usaha perseroan yang bergerak di retail kecantikan dan kesehatan dengan merek gerai DAN+DAN. Dengan setoran modal tersebut nilai kepemilikan perseroan di anak usaha ikut meningkat.

"Dengan peningkatan setoran modal ke SIL, nilai kepemilikan perseroan di gerai DAN+DAN naik menjadi  Rp300 miliar atau setara dengan 89,55% dari modal ditempatkan dan disetor SIL," kata Corporate Secretary Sumber Alfaria Trijaya, Tomin Widian dalam keterbukaan informasi, dikutip Jumat (8/1).

Meski demikian, dia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai detail penggunaan modal. Dan+Dan merupakan anak usaha yang 99,9% sahamnya dimiliki perseroan. Pada tahun lalu, perseroan tercatat telah memiliki sekitar 110 gerai Dan+Dan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan fokus penempatan lokasi gerai di area pemukiman maupun komersial. Sebab, gerai produk kecantikan ini memang banyak menyasar untuk pasar menengah dan menegah bawah.

(Baca: Retail Minimarket Masih Tumbuh 1000 Gerai Tiap Tahun)

Emiten retail lain yang juga memiliki bisnis gerai retail kecantikan dan kesehatan adalah PT Hero Supermarket Tbk (HERO), melalui unit usahanya yakni Guardian. Per 1 Januari 2019, HERO tercatat telah mengoperasikan sekitar 269 gerai Guardian, meningkat dibanding hingga per kuartal III 2018 yang masih tercatat sebanyak 258 unit.

Perseroan menyatakan bisnis non-makanan seperti yang dioperasikan gerai Guardian masih berkontribusi positif terhadap kesuluruhan bisnis Hero, terlebih lagi di tengah tantangan bisnis makanan perusahaan yang menurun hingga akhirnya berdampak terhadap penutupan gerai grup perusahaan.

"Agar tetap kompetitif dalam situasi pasar yang semakin sulit dan beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pelanggan, kami akan meninjau kembali produktivitas toko untuk menjaga keberlanjutan bisnis jangka panjang perusahaan," kata Direktur Hero, Hadrianus Wahyu Trikusumo dalam keterbukaan informasi.

Sebelumnya, Hero diketahui menutup 26 gerai dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 532 karyawan. Langkah itu ditempuh, sebagai upaya efisiensi akibat penurunan penjualan HERO sepanjang 2018.

(Baca: Pengusaha Retail Tutup Gerai karena Faktor Lokasi dan Kondisi Ekonomi)

Hero mengalami penurunan total penjualan sebesar 1% hingga kuartal III 2018 menjadi Rp 9,94triliun, dibanding periode yang sama 2017 sebesar Rp 9,96 triliun. Penurunan itu terutama disebabkan oleh penjualan bisnis makanan yang lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Meskipun untuk bisnis nonmakanan diakuinya tetap menunjukkan pertumbuhan yang kuat.

Sedangkan pada kuartal III 2018, penjualan bisnis makanan juga diketahui turun 6% yang mengakibatkan kerugian operasi sebesar Rp 163 miliar, lebih tinggi dibanding kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 79 miliar.

Karenanya, keputusan penutupan gerai dan efisiensi karyawan pada divisi food business dinilai perusahaan sebagai langkah terbaik untuk menjaga laju bisnis. Sebab, tantangan di bisnis makanan merupakan salah satu masalah yang harus dibenahi pada 2019.

Sementara bagi industri, fenomena penutupan gerai retail dianggap hal wajar untuk menjaga kesehatan finansial perusahaan. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menyebutkan salah satu alasan peretail menutup gerainya karena lokasi yang tidak menjanjikan.

"Kalau tidak efisiensi, toko yang tidak sehat bakal mempengaruhi kepada toko yang sehat," kata Tutum di Jakarta, Rabu (16/1).

Selain itu, dia pun mengakui situasi ekonomi memang sedang lesu secara global dan domestik. Sehingga, perusahaan retail harus melakukan strategi yang tepat dalam menjalankan bisnis. Jika situasi membaik, perusahaan retail nantinya biasanya akan kembali membuka gerai baru.

Bahkan, Tutum menyebutkan ada penutupan gerai sebanyak 400 unit pada tahun 2018, tetapi hal itu juga diimbangi dengan pembukaan 500 unit gerai baru.

Meski begitu, Aprindo mengingatkan perusahaan retail supaya melakukan strategi yang lebih tepat untuk bisnis ke depan. Sebab, pola konsumsi masyarakat juga berubah dengan kemajuan teknologi.

Dia pun menekankan, perlakuan bisnis retail untuk pakaian berbeda dengan retail untuk makanan. Diferensiasi bisnis itu juga berbeda dengan retail elektronik. "Sehingga harus ada usaha untuk penyesuaian metode dengan teknologi digital," katanya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...