Kekhawatiran Resesi AS, Posisi Rupiah Kembali Terancam
Posisi nilai tukar rupiah kembali terancam di tengah kekhawatiran resesi ekonomi Amerika Serikat (AS). Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi mengatakan resesi itu dapat memicu aliran keluar modal asing di Indonesia sehingga melemahkan mata uang rupiah.
Menurut dia, investor akan memilih menanamkan modalnya ke negara yang dianggap aman (safe heaven). "Mata uang negara maju menguat. Rupiah bukan membaik, tapi terdepresiasi," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (26/3).
Hal serupa terjadi pada peristiwa krisis keuangan 2008 dan 2011, serta taper tantrum pada 2013. Pada saat itu, mata uang di negara safe heaven, seperti Jepang, AS, dan Eropa, menguat, sementara nilai rupiah turun.
Ketika krisis terjadi, investor secara otomatis menghindari risiko sehingga tidak menempatkan dananya di negara berkembang. Apalagi, Indonesia memiliki permasalahan defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang menahun. Secara fundamental, investor juga memilih imbal hasil (yield) obligasi negara yang lebih tinggi.
(Baca: Tekanan Global Mereda, Imbal Hasil Surat Utang Berpotensi Turun)
Ia pun mengatakan, dampak dari resesi AS perlu diwaspadai. Sebab, ekspektasi resesi ini dapat menjalar lebih cepat daripada masalah yang disebabkan oleh faktor fundamental. Fithra pun menyarankan, Indonesia perlu mencari stimulus fiskal maupun moneter.