Tumbuh Pesat, Startup Logistik Waresix Optimistis Hasilkan Laba
Beberapa startup belum menghasilkan laba kendati pasarnya sudah besar. Namun, setelah tumbuh 15 kali lipat dalam setahun, startup di bidang logistik, Waresix optimitis segera meraup untung.
Co-founder sekaligus CEO Waresix Andree Susanto bakal menggunakan laba itu untuk mengembangkan tim, infrastruktur dan layanan yang lebih kuat. “Dengan level pertumbuhan seperti ini, kami memproyeksikan akan mendapatkan laba dalam waktu dekat,” ujar dia dalam siaran pers, Senin (15/4).
(Baca: Layanan Go-Jek dan Grab Mengubah Pola Logistik Era Digital)
Andree mencatat, transaksi di platformnya mencapai 100 ribu metrik ton per bulan. Rerata transaksi ini tumbuh 25 % setiap bulannya (month to month/mtm). Waresix beroperasi di Jakarta, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, Bali, Makassar, Balikpapan, Bandung, Palembang, dan Dumai.
Saat ini, ada 100 bisnis baik berbentuk perusahaan maupun usaha menengah yang menggunakan platform Waresix. Lewat platform ini, pengguna bisa memilih layanan logistik yang memiliki pengetahuan dan keahlian lokal di bidang masing-masing.
Pelanggan juga memiliki fleksibilitas dalam mengubah spesifikasi pengiriman. Selain itu, pengguna bisa menggunakan gudang Waresix untuk konsolidasi dan dekonsolidasi, sehingga sistem distribusi lebih efisien.
Waresix juga menyediakan armada truk untuk pengiriman barang. Andree pun tengah mengkaji upaya untuk mengoptimalkan efisiensi dan transparansi rantai pasok, sehingga bisa meningkatkan laba usaha.
(Baca: Adu Kuat Perusahaan Logistik Berebut Pasar E-Commerce)
Waresix adalah startup teknologi logistik yang menyediakan solusi penyimpanan end-to-end yaitu mencakup transportasi hingga kebutuhan pergudangan. Perusahaan rintisan ii didirikan pada 2017 oleh para engineer Andree Susanto, Edwin, dan Filbert Hansel.
Saat ini, Waresix memiliki lebih dari 200 mitra gudang. Waresix menggunakan sistem transportasi multimoda guna menjangkau daerah terpencil dari satu pulau ke pulau lain. Dengan sistem ini, Waresix mengklaim sebagai satu-satunya pemain di industri logistik yang menyediakan solusi pengiriman end-to-end.
Menurut Andree, sistem ini memecahkan tantangan geografis di Indonesia. “Kami berhasil mengatasi tantangan ini karena kami berinvestasi pada orang-orang yang tepat. Kami juga selalu berinovasi dengan teknologi dan fokus pada kebutuhan pelanggan,” ujarnya.
Tantangan Logistik di Indonesia
Platform Waresix menghubungkan operator gudang dan penyedia transportasi darat maupun laut yang menyewakan ruangan penyimpanan. Dengan sistem ini, Waresix menangani kebutuhan kargo, pengisian ritel, penyimpanan suhu dingin, transportasi, dan layanan pergudangan internasional untuk klien luar negeri.
Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki 17.500 pulau yang membentang seluas 1.905 juta kilometer persegi. Keadaan geografis ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri logistik.
(Baca: Infrastruktur Masih jadi Kendala Logistik Indonesia)
Akan tetapi, persoalan ini mau tak mau harus ditangani. Apalagi pertumbuhan e-commerce di dalam negeri cukup pesat. Bila tantangan ini bisa diatasi, pendapatan industri logistik diperkirakan mencapai Rp 3.400 triliun rupiah atau US$ 240 miliar pada 2021.
Namun, sejumlah masalah inheren di Indonesia seperti infrastruktur dan konektivitas maritim menjadi penghalang agar bisnis bisa mendapatkan proses logistik yang mulus.
Terlebih lagi, biaya logistik di Indonesia cukup tinggi. Sebab, logistik berkontribusi 24 % dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2016. Data Bank Dunia pada 2016 mengungkapkan, Indonesia berada di posisi ke-63 dari 160 negara untuk performa logistik.
(Baca: Menhub Klaim Infrastruktur Transportasi Kurangi Disparitas Harga 40%)
Untuk itu, menurut Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, transportasi multimoda menjadi solusi pengiriman barang yang tepat di Indonesia. Transportasi multimoda berarti menggabungkan metode transportasi yang berbeda untuk bisa mencapai area-area terpencil.
Meski begitu, solusi ini berbiaya mahal jika tidak dibarengi dengan sistem yang terintegrasi. “Berbeda dengan India atau Tiongkok, Indonesia bukanlah daratan homogen besar. Karena itu akan membutuhkan pendekatan transportasi multimoda hyperlocal yang terfragmentasi. Waresix berada pada momentum yang tepat untuk membuat industri logistik jadi lebih optimal dan efisien,” ujarnya.
(Baca: Pusat Logistik Berikat Diperluas untuk E-Commerce hingga Minuman Keras)