Studi: E-commerce Bisa Rugi Rp 280 T Akibat Tidak Memahami Konsumen

Image title
Oleh Abdul Azis Said
19 Juli 2019, 11:38
Marketing Science Lead Facebook Indonesia Adisti Latief dalam rangkaian acara peluncuran studi Zero Friction Future di Sheraton Grand Gandaria City, Jakarta (18/7).
Facebook
Marketing Science Lead Facebook Indonesia Adisti Latief dalam rangkaian acara peluncuran studi Zero Friction Future di Sheraton Grand Gandaria City, Jakarta (18/7).

Riset Facebook menunjukkan, perusahaan e-commerce berpotensi merugi US$ 20 miliar atau sekitar Rp 280 triliun setiap tahunnya. Alasannya, karena ada friksi ketika pengguna berkunjung ke platform e-commerce, sehingga batal berbelanja.

Studi tersebut bertajuk Zero Friction Future, yang dikerjakan Facebook bersama Boston Consulting Group (BSC) dan Growth for Knowledge (GfK). Berdasarkan riset itu, 94% masyarakat Indonesia menemukan friksi atau hambatan saat berbelanja. Alhasil, 54% di antaranya batal berbelanja.

Karena itu, Facebook menilai pelaku usaha di industri ini kehilangan potensi pendapatan Rp 280 triliun. “Kami melihat belum semua pelaku bisnis siap untuk memenuhi ekspektasi konsumen. Akibatnya banyak konsumen yang berhenti di tengah berbagai fase belanjanya,” kata Marketing Science Lead Facebook Indonesia Adisti Latief di Jakarta, kemarin (18/7).

(Baca: Tren Layanan Personalisasi, Nilai Pasarnya Diprediksi Rp 437 Triliun )

Friksi yang dimaksud, seperti iklan yang tidak relevan dengan keinginan konsumen, kurangnya informasi atau ulasan terkait suatu produk hingga rumitnya proses transaksi. Ketidaktahuan pelaku usaha mengenai keinginan konsumen ini membuat mereka kehilangan pendapatan.

Riset tersebut menunjukkan, friksi yang paling sering dikeluhkan konsumen adalah iklan yang tidak relevan. Sebanyak 61% responden batal belanja karena penawaran dan iklan yang tidak sesuai keinginan mereka. “Relevansi ads menjadi salah satu drop of point di typical consumer,” katanya.

Lalu, 55% konsumen batal bertransaksi karena kurangnya ulasan mengenai produk atau toko. Selain itu, 60% responden jasa keuangan berharap adanya konsistensi antara iklan dan harga asli produk. Lalu, 66% lainnya mengeluh karena panjangnya proses pendaftaran dan lamanya konfirmasi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...