Meski Ekspor Baja Naik Hampir 300%, Krakatau Steel Terus Merugi

Image title
1 Agustus 2019, 16:19
krakatau steel rugi 2019, laporan keuangan krakatau steel
Arief Kamaludin | Katadata
Kinerja keuangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) tercatat makin tertekan pada semester I-2019 dengan membukukan rugi periode berjalan senilai US$ 137,9 juta (sekitar Rp 1,9 triliun dengan kurs Rp 14.117 per dolar AS).

Kinerja keuangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) tercatat makin tertekan pada semester I-2019 dengan membukukan rugi periode berjalan senilai US$ 137,9 juta (sekitar Rp 1,9 triliun dengan kurs Rp 14.117 per dolar AS). Pada periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), sebenarnya perusahaan baja milik pemerintah ini juga membukukan kerugian namun hanya US$ 16 juta.

Dalam laporan keuangan tidak diaudit yang dirilis pada Kamis (31/7), rugi Karakatau Steel makin membengkak karena pendapatan neto perusahaan turun hingga 17,8% menjadi US$ 702,0 juta dari US$ 854,2 juta secara tahunan. Meski beban pokok pendapatan ikut turun, namun laba bruto Krakatau Steel tetap turun hingga 76,1% menjadi US$ 23,9 juta dari US$ 100,9 juta.

Turunnya pendapatan neto Krakatau Steel pada enam bulan pertama tahun ini karena penjualan produk baja untuk keperluan lokal melemah 28,3% menjadi hanya US$ 523,7 juta. Namun, penjualan produk baja ekspor Krakatau Steel meningkat hingga 296% menjadi US$ 66,1 juta dari US$ 16,7 juta secara yoy.

Pendapatan dari jasa pengelolaan pelabuhan yang dimiliki perusahaan, tercatat naik 28,1% menjadi US$ 42,9 juta pada semester I-2019 secara tahunan. Pendapatan dari bisnis real estate dan perhotelan juga tercatat meningkat 10,5% menjadi US$ 8,2 juta. Namun, pendapatan dari rekayasa dan konstruksi turun hingga 30,8% menjadi US$ 13,1 juta dari US$ 19,0 juta secara yoy.

(Baca: Baja Indonesia Kalah dari Tiongkok, Pemerintah Belum Bisa Batasi Impor)

Adapun, pada semester lalu tercatat perusahaan mengalami rugi operasi senilai US$ 70,7 juta, padahal di periode yang sama tahun lalu Krakatau Steel masih mencatatkan laba operasi senilai US$ 9,34 juta. Rugi operasi ini disebabkan oleh kenaikan beberapa pos beban, seperti beban umum dan administrasi menjadi US$ 81,8 juta dari US$ 76,5 juta secara yoy. Maupun beban operasi lainnya yang naik menjadi US$ 11,7 juta dari US$ 6,8 juta secara yoy.

Tercatatnya rugi operasi tersebut juga disebabkan oleh turunnya penjualan limbah produksi sebesar 62% menjadi US$ 871 ribu. Padahal pada pos pendapatan operasi lainnya, tercatat pada semester lalu melonjak hingga 138,4% menjadi US$ 11,9 juta.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...