Harga Minyak Menguat 0,8% Dipicu Ketegangan Timur Tengah
Harga minyak mentah kembali naik pada perdagangan Senin (19/8), setelah sempat anjlok menjelang akhir pekan lalu. Lonjakan harga minyak hari ini dipicu oleh ketegangan di Tumur Tengah pasca-serangan fasilitas kilang minyak Arab Saudi oleh separatis Yaman.
Mengutip Reuters, harga minyak berjangka Brent, Senin ini naik 0,8% menjadi ke level US$59,09 per barel. Sedangkan minyak mentah AS menguat 0,7% ke posisi US$ 55,26 per barel.
(Baca: Harga Minyak Melonjak Pasca AS Tunda Kebijakan Tarif Impor Tiongkok)
Harga minyak bergerak naik seiring meningkatnya ketegangan setelah pesawat tanpa awak milik kelompok Yaman Houthi menyerang ladang minyak di Arab Saudi Timur, Sabtu (17/8).
Serangan itu menyebabkan sebuah pabrik gas terbakar, sedangkan pabrik Saudi Aramco yang dikelola pemerintah, dilaporkan tak mengalami gangguan.
Meski begitu, kekhawatiran tentang resesi ekonomi serta proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia masih mejadi sentimen negatif yang menekan harga minyak.
Dalam laporan bulanan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunjukkan, produsen memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2019 sebesar 40.000 barel per hari (bpd) menjadi 1,10 juta barel per hari.
Laporan ini juga mengindikasikan pasar akan sedikit surplus pada 2020, sebuah gambaran yang jarang diberikan OPEC perihal melonjaknya pasar.
(Baca: OPEC Perpanjang Pemangkasan Produksi, Harga Minyak Terkerek )
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dan pejabat tinggi Gedung Putih menepis kekhawatiran terkait kemungkinan goyahnya pertumbuhan ekonomi AS. Dalam pernyataan, Minggu (18/8) para pejabat menyebut hanya ada sedikit risiko resesi dan bersikeras perang dagang mereka dengan Tiongkok tak merusak tatananan perekonomian AS.
Namun, Trump terlihat kurang optimis dibandingkan para pembantunya dalam mencapai kesepakatan dagang dengan Tiongkok. "Saya belum siapmembuat kesepakatan," ujarnya.