Perang Dagang AS-Tiongkok Berlanjut, Harga Minyak Anjlok Hampir 2%
Harga minyak anjlok hampir 2% pada perdagangan hari ini (26/8). Hal itu terjadi karena ketegangan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok meningkat, sehingga memukul kepercayaan pasar terhadap ekonomi global.
Bahkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terseret turun ke titik rendah sejak dua pekan terakhir. Dilansir dari Reuters, harga minyak berjangka jenis Brent turun 1,5% menjadi US$ 58,45 per barel. Sedangkan minyak mentah WTI jatuh 1,8% ke angka US$ 53,17 per barel atau terendah sejak 9 Agustus lalu.
Managing Partner Valor Markets Stephen Innes mengatakan, penurunan ini disebabkan oleh ketakutan pasar atas melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Salah satu faktornya adalah perang dagang Tiongkok dan AS dalam beberapa pekan belakangan.
“Sebagian besar karena kekhawatiran tentang melambatnya ekonomi global, bahkan berpotensi resesi AS," kata Innes dikutip dari Reuters, Senin (26/8).
(Baca: Perang Dagang Berlanjut, AS Balas Rencana Kenaikan Tarif Tiongkok)
Pada akhir pekan lalu, Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan akan memberlakukan tarif tambahan 5% atau 10% pada total 5.078 produk asal AS. Beberapa di antaranya mencakup minyak mentah, produk pertanian seperti kedelai, dan pesawat kecil.
Sebagai balasan, Presiden AS Donald Trump memerintahkan perusahaan-perusahaan AS untuk mencari cara guna menutup operasi di Tiongkok. Trump ingin perusahaan nasionalnya berproduksi di negeri Paman Sam.
Selain itu, Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Jerome Powell menyampaikan bahwa ekonomi AS berada di jalurnya. Pernyataan itu mengindikasikan The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya.
(Baca: Pasar Nantikan Kebijakan The Fed, Harga Minyak Turun ke level US$ 59,9)
Tetapi kekhawatiran tentang kemungkinan resesi tetap terlihat. Apalagi bulan ini pertumbuhan industri manufaktur AS melambat ke level terendahnya dalam hampir satu decade terakhir.
Sedangkan perusahaan-perusahaan energi AS pekan ini memangkas rig minyak. Pemangkasan itu merupakan yang terbanyak dalam empat bulan belakangan. Ini karena produsen memangkas pengeluaran untuk pengeboran dan penyelesaian proyek baru.