Grab Investasi Rp 2 Triliun untuk Artificial Intelligence di 3 Layanan
Perusahaan penyedia layanan on-demand, Grab berinvestasi US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,13 triliun untuk mengadopsi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Dengan mengimplementasikan teknologi, Grab ingin memperkuat tiga layanan di Asia Tenggara.
Ketiga layanan itu adalah pesan-antar makanan atau GrabFood, pembayaran, dan konten digital. “Kami ingin beralih dari AI-powered menjadi AI dimanapun (layanan)," kata Co-Founder Grab Tan Hooi Ling Tan dalam wawancara khusus dengan reporter Bloomberg TV, Yoolim Lee dikutip dari Bloomberg, kemarin (5/9).
Selain untuk mengadopsi AI, dana tersebut bakal dipakai untuk merekrut lebih banyak engineer pada 2020. Saat ini, Grab memiliki 2 ribu engineer di seluruh dunia. Sebanyak 300 di antaranya bekerja terkait AI.
Hal ini dilakukan untuk memperkuat bisnis Grab di Asia Tenggara. Tan mengatakan, perusahaannya sudah menyiapkan kerangka kerja (blue print) untuk bersaing dengan Gojek di regional.
Decacorn asal Singapura ini pun sudah mengelontorkan dana US$ 100 juta untuk mengimplementasikan AI. Saat ini, AI digunakan untuk meningkatkan pencegahan kecurangan (fraud) di platform dan memproses bahasa secara alami (natural language processing/NLP).
(Baca: Saingi GoFood, Grab Perkuat Tim Riset Terkait GrabFood di Indonesia)
Secara keseluruhan, Tan mengatakan bahwa perusahaan ingin membangun platform yang sesuai dengan konsumen di masing-masing wilayah. Grab pun bekerja sama dengan Microsoft Corp untuk mengembankan NLP.
Perusahaan optimistis, AS bakal meningkatkan pengguna di Asia Tenggara. Apalagi, konsumen di wilayah ini memiliki budaya yang berbeda. Grab pun ingin meningkatkan kesesuaian layanan dengan konsumen lokal, terkait GrabFood.
Ia mencatat, transaksi pesan-antar makanan Grab di Asia Tenggara naik tiga kali lipat selama Semester I 2019. Perusahaan ingin menggandakan pertumbuhan ini pada periode yang sama tahun depan.
(Baca: Setelah Bertemu Jokowi, Grab Bakal Bangun Kantor Pusat di Indonesia)
Adopsi AI juga sejalan dengan persiapan perusahaan dalam mengadopsi jaringan internet generasi kelima (5G). "Kami tidak hanya akan membangun AI untuk kepentingan AI," katanya. Perusahaan ingin meningkatkan personalisasi layanan untuk konsumen.
Grab Ingin Mengembangkan GrabFood di Indonesia
Perusahaan rintisan ini telah mengumpulkan US$ 4,5 miliar dalam putaran pendanaan terbarunya. Salah satunya, Grab mendapat investasi US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,4 triliun dari SoftBank pada Juli lalu.
Grab berencana memperkuat tim riset dan pengembangan (Research and Development/R&D) terkait GrabFood di Indonesia. Perusahaan pun ingin membangun kantor pusat di DKI Jakarta, Indonesia, yang fokus menjadi pusat bisnis GrabFood.
“Indonesia selalu menjadi pasar strategis bagi Grab. GrabFood menjadi sinyal pertumbuhan operasi kami di negara ini. Selain itu, kami ingin menggandakan tim talenta dan memperkuat R&D untuk mendukung operasi bisnis," kata Kepala GrabFood Indonesia Demi Yu dikutip di Deal Street Asia, Rabu (4/9) lalu.
(Baca: Saingi Gojek, Grab Investasi Rp 7,2 triliun di Vietnam Selama 5 Tahun)
Grab akan berfokus untuk menciptakan solusi yang mendukung pemberdayaan wirausahawan kecil serta agen Grab-Kudo di Indonesia. Layanan GrabFood pun meningkat dari 13 kota pada Januari 2018 menjadi 178 kota per Maret 2019. Volume pengirimannya jadi meningkat 10 kali lipat.
Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata sempat mengatakan, kecepatan pengiriman GrabFood rata-rata hanya 29 menit. Selain itu, jumlah mitra meningkat delapan kali lipat. Sebanyak 80% di antaranya merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Ridzki mengatakan, penghasilan mitra pengemudi yang menyediakan layanan GrabFood juga tumbuh 40%. Dia menambahkan, rata-rata pendapatan para mitra meningkat hingga 88% dalam waktu lima bulan setelah tergabung dalam GrabFood.
(Baca: Incar Pasar Pariwisata, Grab Tawarkan Delapan Layanan)