Dahana Bangun Tiga Pabrik Bahan Peledak Senilai Rp 3,5 Triliun
PT Dahana (Persero) akan membangun tiga pabrik bahan peledak di Bontang, Kalimantan Timur, dan Subang Jawa Barat. Adapun ketiga proyek tersebut diperkirakan menelan investasi hingga Rp 3,54 triliun.
Proyek pertama, perusahaan akan membangun pabrik amonium nitrat (AN) di Kaltim Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur. Pabrik tersebut akan memiliki kapasitas amonium nitrat 75.000 metrik ton per tahun serta 60.000 metrik ton per tahun asam nitrat.
Pabrik tersebut merupakan proyek kerja sama Dahana dengan PT Pupuk Kaltim, dengan investasi sebesar Rp 1,1 triliun. Adapun pengerjaan proyek dilakukan oleh konsorsium PT Wijaya Karya Tbk dan China Second Design Institute of Chemical Industry (Sedin).
"Pabrik itu akan dibangun tahun ini dan selesai pada 2020," ujar Direktur Utama PT Dahana Budi Antono, di Gedung Kementerin BUMN, Selasa (12/11).
(Baca: Persaingan Ketat, Laba BUMN Bahan Peledak Diprediksi Turun)
Proyek kedua yaitu pabrik sphercial powder propelan yang rencananya bakal dibangun 2022-2023. Pabrik berkapasitas 600 ton per tahun ini akan dibangun di Kawasan Energetic Material Center (EMC) Dahana di Subang, Jawa Barat. Adapun investasi pembangunan pabrik senilai Rp 2,3 triliun ini akan didanai oleh pemerintah melalui Kementerian Pertahanan.
Ketiga, pabrik elemented detonator dengan total kapasitas delapan juta potong element detonator per tahun. Pabrik ini rencananya akan dibangun di Kawasan Energetic Material Center (EMC) di Subang, Jawa Barat dengan menggunakan teknologi Korea Selatan.
Adapun nilai investasinya sekitar Rp 147,9 miliar yang berasal dari modal perusahaan serta pinjaman perbankan. Pabrik tersebut akan dibangun pada 2019-2022. Sedangkan untuk EPC proyek elemented detonator masih dalam proses pemilihan.
Budi menyatakan, sebagai perusahaan pelat merah, Dahana ingin menjadi perusahaan yang mandiri tanpa bergantung dengan asing.
(Baca: Bangun Smelter, Bumi Minerals Jajaki Kerja Sama dengan Freeport )
Adapun hingga saat ini Dahana telah mengekspor bahan peledak ke Australia senilai Rp 7,025 miliar, sedangkan Timor Leste Rp 2,57 miliar. Pada tahun depan perusahaan menargetkan akan ekspansi ekpsor ke pasar Jepang, dengan total nilai ekspor yang dibidik pada 2020 sebesar Rp 29,64 miliar.
Dari total produksi bahan peledak, 13% dipasok ke militer dalam negeri, sedangkan sisanya dijual untuk keperluan pertambangan dan infrastruktur.