Energi Baru Ancam Industri Batu Bara, Pemerintah Dorong Hilirisasi

Image title
20 November 2019, 19:58
Bambang Gatot Aryono selaku Dirjen Minerba Kementrian ESDM memberikan paparan dalam acara Katadata Forum mengenai \"Iklim Investasi dan Daya Saing Industri Batu Bara Indonesia\" di Graha Bimasena, Jakarta (20/11/2019). Dalam kesempatan itu, Bambang me
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Bambang Gatot Aryono selaku Dirjen Minerba Kementrian ESDM memberikan paparan dalam acara Katadata Forum mengenai \"Iklim Investasi dan Daya Saing Industri Batu Bara Indonesia\" di Graha Bimasena, Jakarta (20/11/2019). Dalam kesempatan itu, Bambang mengatakan hilirisasi batu bara penting untuk mengatasi ancaman dari perkembangan energi baru terbarukan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan perkembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang pesat bisa mengancam industri batu bara di Indonesia. Apalagi jika EBT bisa dimanfaatkan dengan harga yang lebih murah. 

Buktinya, Tiongkok dan India mulai mengembangkan EBT untuk menjadi sumber energi utama. Padahal, kedua negara tersebut merupakan pasar utama ekspor batu bara Indonesia.

Untuk mengatasinya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Bambang Gatot Ariyono mengatakan hilirisasi batu bara menjadi solusi yang tepat. "Kalau EBT berkembang pesat dan harga keekonomian lebih murah dari batu bara, kalau enggak diproses lebih lanjut itu akan bermasalah," kata Bambang dalam diskusi Iklim Investasi & Daya Saing Industri Batu Bara oleh Katadata Forum, di Jakarta, Rabu (20/11).

(Baca: Menteri ESDM: Pemanfaatan EBT Minim, Hanya 8% Dari Potensi 400 MW)

Pemerintah pun terus mendorong hilirisasi guna memberikan nilai tambah bagi industri batu bara. Salah satunya melalui pencanangan industri hilirisasi batu bara di Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ).

Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan yang telah disepakati oleh PT Bukit Asam Tbk, PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pertamina (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical.

Di kawasan BACBSEZ akan dibangun empat kompleks pabrik meliputi pabrik batu bara yang akan dikelola menjadi syngas. Selanjutnya, syngas akan diproses menjadi dimethyl ether (DME) sebagai substitusi liquified petroleum gas (LPG), urea sebagai pupuk, dan polypropylene yang merupakan bahan baku plastik.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...