Dampak Anjloknya Harga Minyak Dunia Terhadap Ekonomi dan Migas RI

Image title
10 Maret 2020, 12:33
harga minyak, bbm, migas, penerimaan negara
Katadata
Ilustrasi, kilang minyak. Turunnya harga minyak bisa berdampak pada penurunan harga BBM tetapi penerimaan negara bisa berkurang.

Harga minyak dunia pada Selasa (10/3) masih berada di level bawah sekitar US$ 30 per barel setelah anjlok lebih dari 20% pada hari kemarin. Turunnya harga minyak bisa membuat harga BBM turun, tetapi juga membuat penerimaan negara berkurang. 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebut anjloknya harga minyak dunia berpotensi menyebabkan resesi ekonomi. Sebab, turunnya harga minyak membuat harga komoditas seperti sawit dan batu bara ikut turun.

Advertisement

Hal itu lantaran harga minyak sering menjadi acuan harga komoditas ekspor unggulan. "Ini sangat berbahaya pengaruhnya buat kinerja ekspor pada 2020. Sebelumnya virus corona sudah menurunkan kinerja neraca dagang, ditambah perang harga minyak bisa memicu resesi ekonomi," kata Bhima ke Katadata.co.id pada Selasa (10/3).

Apalagi situasi ekonomi saat ini tak kondusif. Bhima menyebut kepanikan sedang melanda pasar keuangan. Hal itu terlihat dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hingga 6.9% dalam sepekan.

Hal tersebut memicu investor asing melakukan aksi jual saham sebesar Rp 1 triliun. "Dana asing yang keluar membuat rupiah makin tertekan sehingga rupiah diperkirakan melemah ke 14.500-15.000 dalam jangka waktu pendek," kata dia.

Selain itu, menurut Bhima, turunnya harga minyak dipastikan membuat Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari migas akan menurun. Apalagi, harga minyak saat ini dibawah asumsi APBN. 

Pemerintah menetapkan harga minyak Indonesia atau ICP dalam APBN sebesar US$ 63 per barel. Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia  pada Februari 2020 lalu pun hanya mencapai US$ 56,61 per barel, turun sebesar US$ 8,77 per barel  dari US$ 65,38 per barel pada bulan sebelumnya.

(Baca: Dampak Turunnya Harga Minyak, SKK Migas Bakal Revisi Program Hulu)

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati juga mengatakan harga minyak yang rendah bisa berdampak buruk terhadap proyek hulu migas. Nicke menyebut kegiatan hulu migas bisa tak ekonomis jika harga minyak terus turun.

"Untuk hulu memang ini berpengaruh ya karena keekonomian jadi masalah," ujar Nicke saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (9/3).

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menambahkan, rata-rata biaya produksi migas Pertamina saat ini di kisaran US$ 9-10 per barel. Meski begitu, jika harga minyak mentah dunia terus turun, maka biaya produksi juga akan semakin meningkat.

Oleh karena itu, dia telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi agar proyek hulu migas perusahaan tidak terganggu. Di antaranya dengan efisiensi dan optimalisasi kerja perusahaan.

"Misalnya strategi pengadaan lebih terpadu. Kemudian strategi logistik lebih dibuat optimum, supaya cost production bisa turun," ujar Dharmawan.

Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan kondisi yang sama pernah terjadi pada 2016 lalu ketika harga minyak menyentuh level US$ 30 per barel. Oleh karena itu, pihaknya bakal tetap melanjutkan sejumlah proyek migas yang sedang berjalan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement