Dibayangi Penurunan Harga Minyak, IHSG Hari Ini Diproyeksi Melemah
Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada perdagangan Senin (27/4) diprediksi berada di zona merah karena fluktuasi harga minyak. Setelah pada perdagangan terakhir, Jumat (24/4), ditutup turun 2,12% di level 4.496.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan memprediksi IHSG hari ini akan bergerak turun dengan level support antara 4.463 hingga 4.431. Sedangkan area resistance berada di antara level 4.627 sampai 4.561.
"Pergerakan masih dibayangi fluktuasi harga minyak, dan investor akan cenderung menunggu data perekonomian Amerika Serikat," kata Dennies dalam risetnya.
Beberapa saham yang bisa menjadi rekomendasinya untuk investor pada perdagangan hari ini, yaitu Sarana Menara Nusantara (TOWR), Astra International (ASII), Elnusa (ELSA), Indofood Sukses Makmur (INDF).
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama juga menilai laju IHSG pada hari ini akan bergerak di zona merah. "Adanya potensi pelemahan lanjutan pada pergerakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke area support," katanya.
Berdasarkan analisisnya, area support pertama maupun kedua memiliki rentang pada level 4.443 hingga 4.318. Sedangkan, area resistance pertama maupun kedua memiliki rentang pada 4.569 hingga 4.747.
(Baca: Masih Diiringi Sentimen Negatif, Analis Nilai Saham BUMN Sulit Pulih)
Adapun sejumlah rekomendasi saham yang dapat menjadi pertimbangan investor, antara lain Bank Mandiri (BMRI), Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), Erajaya Swasembada (ERAA), Indika Energy (INDY), Indo Tambangraya Megah (ITMG), Japfa Comfeed Indonesia (JPFA).
Meski begitu, analis memprediksi pekan ini indeks berpeluang bergerak naik. Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memprediksi IHSG pada pekan ini berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 4441 sampai 4317 dan resistance di level 4669 sampai 4975.
Menurutnya, harga minyak yang mulai naik menjadi salah satu sentimen positif pasar saham. Setelah pada pekan lalu, harga minyak sempat menyentuh harga terendah sepanjang sejarah.
Hans menyebut harga minyak sebagai indikasi ekonomi global. Jika harga minyak turun, maka ada indikasi penurunan ekonomi dan ancaman resesi global. Hal itu mendorong penurunan aset berisiko termasuk saham.
Sentimen positif lainnya berasal dari rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang ingin membuka kembali perekonomian negara tersebut. "Kami berpikir pelaku pasar akan mencermati ketika lockdown dibuka, apakah akan terjadi kenaikan kasus baru Covid-19," kata Hans.
(Baca: BEI Klaim Kebijakannya Sudah Efektif Jaga IHSG dari Sentimen Corona)