Terimbas Corona & Harga Komoditas, Laba Grup Astra Kuartal I Turun 8%
PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih Rp 4,81 triliun pada triwulan I 2020. Laba bersih perseroan turun 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,21 triliun seiring merebaknya pandemi corona sehingga mempengaruhi beberapa lini bisnis perseroan.
Pada triwulan I 2020, Astra International juga membukukan pendapatan bersih Rp 54 triliun. Angka ini turun 9% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 59,6 triliun.
Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto mengatakan, turunnya kinerja Astra terutama disebabkan menurunnya harga batu bara dan melemahnya kepercayaan konsumen. Kendati demikian, kinerja bisnis otomotif dan jasa keuangan Grup Astra diklaim tetap solid.
(Baca: Terpukul Dampak Covid-19, Penjualan Mobil Maret 2020 Anjlok 15%)
Kinerja perusahaan bertambah berat karena pada triwulan I-2020 ini mulai merebak virus Covid-19 di dalam negeri. Sehingga beberapa anak usaha Astra ikut menerapkan tindakan pembatasan untuk menanggulangi pandemi corona hingga akhirnya berdampak pada kinerja paruh pertama.
"Kondisi yang dihadapi semakin sulit dan berdampak makin besar terhadap kinerja Grup Astra pada April," kata Prijono dalam keterangan tertulis, Senin (27/4).
Dia pun memperkirakan, kondisi tersebut akan bertahan hingga beberapa waktu ke depan. Meski begitu, dia optimistis dengan kondisi keuangan yang kuat, perusahaan mampu memitigasi risiko dalam situasi yang semakin menantang saat ini.
Kontribusi Lini Bisnis
Di tengah situasi yang menantang, perusahaan masih mencatat kenaikan laba bersih dari divisi otomotif. Lini bisnis otomotif masih menjadi penyumbang utama kinerja keuangan perusahaan.
Pada triwulan I-2020, laba bersih bisnis otomotif naik tipis 1% menjadi Rp 1,93 triliun dibanding Rp 1,90 triliun secara tahunan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya margin operasional dan keuntungan translasi kurs.
Sedangkan dari sisi volume, penjualan motor dan mobil Astra pada periode tersebut turun. Penjualan mobil Astra turun 3% menjadi 130.000 unit, meski pangsa pasar meningkat dari 53% menjadi 55%. Turunnya penjualan mobil Astra juga sejalan dengan penurunan pasar penjualan mobil nasional turun 7% menjadi 237.000 unit.
(Baca: Grup Astra Bantu Aneka Alat Penanganan Corona Senilai Rp 63 Miliar)
Di saat yang sama, penjualan sepeda motor yang dikontribusi Astra Honda Motor (AHM) juga menurun 5% menjadi 1,2 juta unit pada triwulan I 2020, dengan peningkatan pangsa pasar dari 76% menjadi 77%. Penurunan ini juga sejalan dengan merosotnya penjualan sepeda motor nasional sebesar 7% menjadi 1,6 juta unit di triwulan I.
Selain otomotif, bisnis Astra yang menopang laba bersih perusahaan juga datang dari jasa keuangan. Laba bersih Astra dari sektor ini pada triwulan I 2020 naik 1% menjadi Rp 1,41 triliun, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,40 triliun. Penopang bisnis sektor keuangan astra, karena jumlah pembiayaan konsumen Grup Astra meningkat 14% menjadi Rp 23,6 triliun.
Di sisi lain, gejolak harga komoditas juga turut menekan kinerja Astra. Yang mana laba bersih Astra dari bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi anjlok 42% menjadi Rp 1,05 triliun dibanding kuartal I tahun lalu Rp 1,82 triliun.
Penurunan laba Astra di sektor ini terutama karena penurunan penjualan alat berat dan volume kontraktor penambangan yang dioperasikan oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) sejalan dengan menurunnya harga batu bara.
(Baca: Terimbas Pelemahan Daya Beli, Laba Bersih 2019 Astra Stagnan Rp 21,7 T)
Turunnya harga komoditas tambang tak serta merta diikuti oleh komoditas perkebunan yang justru meningkat signifikan. Hal ini lantas menyebabkan kontribusi laba dari divisi perkebunan grup Astra yang disumbang oleh PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik signifikan dari Rp 30 miliar menjadi Rp 296 miliar di kuartal I 2020.
Rata-rata harga minyak kelapa sawit meningkat 45% menjadi Rp9.037 per kilogram, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedankan volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya menurun sebesar 19% menjadi 487.000 ton.
Divisi infrastruktur dan logistik Grup Astra juga meningkat secara material dari Rp16 miliar menjadi Rp73 miliar, terutama karena peningkatan pendapatan dari bisnis jalan tol dan pelabuhan.