Fintech Lending Salurkan Kredit Rp 13,8 Triliun Selama Pandemi Corona

Cindy Mutia Annur
13 Juli 2020, 16:35
Fintech Lending Salurkan Kredit Rp 13,8 Triliun Selama Pandemi Corona
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi, karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (18/5/2020).

Perusahaan teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) telah menyalurkan pinjaman Rp 109,18 triliun per Mei. Jika dihitung sejak kasus positif virus corona pertama di Indonesia pada Maret lalu, kredit yang disalurkan mencapai Rp 13,8 triliun dalam tiga bulan.

Penyaluran pinjaman oleh fintech lending pun meningkat 166,03% dibandingkan Mei tahun lalu (year on year/yoy). Meski meningkat, perusahaan semakin selektif memberikan pembiayaan selama pandemi corona.

“Penyelenggara fintech peer to peer lending khususnya sektor multiguna atau consumer agak mengurangi penyaluran pinjaman baru. Ini untuk mengantisipasi gagal bayar,” kata Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tumbur Pardede saat konferensi pers, Senin (13/7).

(Baca: Fintech Besar Catat Penyaluran Pinjaman Masih Tumbuh di Tengah Pandemi)

Ketua Harian AFPI Kuseryansyah menambahkan, secara umum penurunan pembiayaan terjadi hampir pada sebagian besar platform penyelenggara fintech lending selama pandemi Covid-19. Namun, penyaluran pinjaman khususnya di sektor produktif, meningkat.

Pembiayaan di sektor kesehatan seperti Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) farmasi dan alat pendukung Kesehatan misalnya, meningkat selama pandemi corona. Begitu juga sektor terkait distribusi pangan, produk agrikultur, dan makanan kemasan.

“Selama wabah Covid-19 ini, industri fintech lending akan menjaga kinerja positif dengan selektif menyalurkan pembiayaan khususnya ke peminjam baru,” kata Kuseryansyah.

(Baca: Tiga Tips agar UMKM Lebih Mudah Dapat Pinjaman Saat Pandemi)

Namun, ada tiga tips agar UMKM lebih mudah mendapatkan pinjaman baik dari perbankan maupun fintech lending selama pandemi ini. Pertama, berjualan secara online dan offline (O2O).

UMKM bisa menggabungkan data-data penjualan secara O2O. "Basis-basis data itu yang menentukan profil risiko dari UMKM," ujar Co-Founder dan CEO Investree Adrian Gunadi kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu (2/7). 

Kedua, menjaga reputasi toko online di platform e-commerce. “Dari sini, mereka kemudian mendapatkan pinjaman lebih mudah dan cepat," ujar Associate Director Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) I Dewa Gede Karma Wisana.

Ketiga, UMKM yang bergerak di sektor kuliner bisa bergabung dengan penyedia pesan-antar makanan seperti Gojek dan Grab. Sebab, pelaku usaha akan memiliki jejak digital (digital footprint) yang dapat memudahkan perusahaan pembiayaan membaca karakteristik usaha calon peminjam.

(Baca: Fintech Lending Restrukturisasi Kredit Rp 237 Miliar Imbas Pandemi)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...