Tony Fernandes, CEO AirAsia Tersandung Perkara Suap Airbus

Pingit Aria
4 Februari 2020, 16:53
CEO AirAsia Group Tony Fernandes (kiri), menandatangani poster saat peluncuran bukunya yang berjudul Flying High: Kisahku Membangun AirAsia, di Jakarta, Kamis (4/7/2019). Buku tersebut mengisahkan perjalanan hidup Tony Fernandes dari mulai bekerja sebagai
ANTARA FOTO/AUDY ALWI
CEO AirAsia Group Tony Fernandes (kiri), menandatangani poster saat peluncuran bukunya yang berjudul Flying High: Kisahku Membangun AirAsia, di Jakarta, Kamis (4/7/2019). Buku tersebut mengisahkan perjalanan hidup Tony Fernandes dari mulai bekerja sebagai staf di sebuah perusahaan penerbangan, staf perusahaan musik, hingga akhirnya sukses memiliki perusahaan penerbangan sendiri yakni AirAsia.

Tony Fernandes lahir di Kuala Lumpur, Malaysia pada 30 April 1964. Setelah menyelesaikan kuliahnya di London School of Economics pada 1987, ia sempat bekerja sebagai auditor Virgin Airlines milik Richard Branson. Kemudian, pada 1987 hingga 1989, ia menjadi pengawas keuangan Virgin Records.

(Baca: Pendapatan Penumpang dan Kargo Naik, Margin Laba Citilink Tumbuh 5%)

Kembali ke Malaysia pada umur 27 tahun, ia menjadi Managing Director Warner Music Sdn Bhd. Selanjutnya, pada 1992 hingga 2001, ia menjadi Wakil Presiden Warner Music Group Asia Tenggara. Saat Time Warner Inc. bergabung dengan America Online, Fernandes meninggalkan perusahaannya untuk mengejar mimpi membangun sebuah maskapai penerbangan tarif rendah, namun permohonan lisensinya ditolak pemerintah Malaysia.

Tony kemudian membeli AirAsia dari pemerintah Malaysia dengan harga kurang dari US$1 pada 2001. Ia berhasil membawanya dari ambang kebangkrutan hingga menjadi salah satu maskapai kelas dunia. AirAsia kini menjadi maskapai berbiaya rendah yang terbilang sukses merajai langit Asia Tenggara.

Pria 54 tahun itu pun membocorkan rahasia suksesnya. “Saya pikir kekuatan terbesar saya, adalah menemukan orang-orang hebat,” ucap Fernandes dalam konferensi keuangan Money 2020 di Singapura, baru-baru ini.

Fernandes mengatakan, ia dikelilingi oleh orang-orang yang bisa dipercaya dan memiliki keterampilan yang mumpuni. "Sebagian besar pengusaha berpikir mereka tahu semuanya, tetapi yang benar Anda harus mendengarkan orang lain di sekitar Anda," ujarnya.

Sejak mengakuisisi AirAsia, Fernandes fokus untuk menumbuhkan tim yang awalnya hanya memiliki 200 staf dan dua pesawat usang. Saat ini, AirAsia memiliki 20 ribu staf dan mengoperasikan 250 armada.

(Baca: KPK Periksa Dua Mantan Pejabat Garuda Indonesia )

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...