Penurunan Harga CPO Menekan Laba Emiten Sawit Grup Salim dan Astra

Image title
Oleh Ekarina
1 November 2018, 11:15
Kelapa sawit
Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya di Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.

Sedangkan Salim Ivomas membukukan penurunan laba bersih  paling dalam dibandingkan dengan dua emiten sawit sebelumnya. Laba bersih Salim Ivomas hingga kuartal III 2018 merosot hingga 78% menjadi Rp 84 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 378 miliar.

(Baca: Permintaan Global Belum Membaik, Gapki Estimasi Ekspor CPO Turun 5%)

Penurunan laba bersih perusahaan diakibatkan oleh turunnya penjualan di hampir seluruh lini usaha perkebunan perseroan, seperti CPO turun 12%, palm kernel 14%, gula 22% serta karet 15%. Hanya lini usaha minyak & lemak nabati yang mencatat kenaikan kontribusi penjualan dan berkontribusi positif pada kinerja Grup SIMP sembilan bulan 2018.

Direktur Utama Indofood, Anthoni Salim pun menyebut harga sawit masih menjadi tantangan bisnis perseroan. "Secara umum, harga CPO tetap menjadi tantangan bagi kinerja kami. Perusahaaan masih bisa mencatat pertumbuhan penjualan hingga sembilan bulan ini dengan dukungan kinerja grup CBP," katanya.

Sepanjang Januari-September 2018, Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) membukukan laba bersih sebesar 2,82 triliun, turun 13,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya diikuti penurunan margin laba bersih menjadi 5,2% dari sebelumnya 6,1%.

INDF saat ini merupakan induk usaha dari empat kelompok usaha startegis yaitu Produk Konsumen Bermerek (CBP), Bogasari yang bergerak di bidang usaha tepung, agribisnis dan distribusi.

Pelemahan harga sawit terus membayangi pertumbuhan bisnis industri sawit. Menurunnya permintaan dunia diprediksi menjadi salah satu penyebab pelemahan harga CPO. Menurut catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki),  penurunan permintaan dunia menyebabkan harga CPO tidak pernah menembus angka US$ 700 per ton. Pada semester I 2018, rata-rata harga sawit berada pada kisaran US$ 605 hingga US$ 695 per ton.

Seiring dengan melemahnya permintaan, Gapki juga memperkirakan ekspor komoditas ini akan turun 5% sepanjang 2018, mengikuti penurunan ekspor sawit semester I 2018 sebesar 6% menjadi 14,16 juta ton. “Kami melihat ada pengurangan sebesar 5% kecuali ada peristiwa katastrofe global sehingga permintaan sawit bisa diperbaiki dengan cepat,” kata Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Gapki Togar Sitanggang di Jakarta, Rabu (8/8).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...