Ramainya Pesta Diskon Nike dan Mitos Pelemahan Daya Beli

Michael Reily
24 Agustus 2017, 20:55
Nike Bazaar
Instagram/@jktinfo
Kericuhan di area Nike Bazaar di Grand Indonesia, Selasa (22/8) malam.

Seorang pengunjung yang datang pada hari kedua bazar, Selasa (22/8) lalu, Rezza Jaya Wirapati, menyebutkan, dia datang sekitar pukul 14.00. Saat dia datang, antrean masih belum terlalu panjang. Dia masih bisa masuk meski jumlah pengunjung mulai dibatasi.

Setelah 1,5 jam memilih, ia berhasil mendapat sepatu yang diinginkannya dengan membayar Rp 1,5 juta dari harga asli Rp 2,3 juta. "Saya beli untuk dipakai sendiri," kata Rezza.

Hanya, ia juga melihat beberapa orang membeli sepatu dalam jumlah banyak. Selain itu, mereka juga terlihat berbicara di telepon untuk membahas pilihan-pilihannya. “Sepertinya banyak juga yang beli untuk dijual lagi,” ujarnya.

Begitu keluar dari area pameran, dia baru sadar antrean orang yang ingin masuk sudah membludak. Rupanya orang-orang memilih berbelanja sepulang dari kantor.

(Baca juga:  Terancam Stagnan Tahun Ini, Penjualan Mobil Juni-Juli Turun 1,4%)

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia Solihin menilai, ramainya bazaar yang digelar produsen alat olahraga asal Amerika Serikat ini menunjukkan masih cukup kuatnya daya beli masyarakat.

"Sepatu itu saya bisa katakan kebutuhan sekunder," kata Solihin saat ditemui di Kementerian Perdagangan.

Kegiatan belanja sepatu branded seperti Nike membuktikan kebutuhan pokok mereka telah terpenuhi. “Orang pasti mendahulukan belanja kebutuhan pokok seperti makanan dan sandang sehari-hari sebelum memikirkan kebutuhan sekunder ini.”

Sebelumnya, Survei Nielsen melansir, Indonesia merupakan negara paling optimis ketiga di dunia, setelah Filipina dan India. Hal ini tercermin dari meningkatnya Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) di Indonesia, yakni dari 120 poin pada akhir tahun lalu menjadi 121 pada kuartal kedua tahun ini. Meski, persepsi konsumen akan keinginan berbelanja melorot dari 59 ke 57 poin. 

Menurut Nielsen, tingkat keyakinan konsumen global menunjukkan tren peningkatan, seiring dengan terus tumbuhnya optimisme di banyak negara. Tingkat keyakinan konsumen ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni persepsi akan prospek lapangan kerja, kondisi keuangan pribadi, termasuk keinginan berbelanja dalam setahun ke depan.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...