Efek Ancaman Trump ke Iran Terhadap Harga Minyak Tak Bertahan Lama

Anggita Rezki Amelia
25 Juli 2018, 11:54
Sumur Minyak
Chevron

Harga minyak mentah di pasar global sempat meningkat usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan ancaman kepada  Presiden Iran Hassan Rouhani melalui akun twitternya. Namun, kenaikan harga minyak itu tidak berlangsung lama.

Saat orang nomor satu di Amerika Serikat itu mengeluarkan ancamannya Senin (23/7), harga minyak West Texas Intermediate meningkat 1,9% ke US$ 68,95 per barel. Sedangkan jenis Brent naik 1,4% ke level US$ 74 per barel.

Adapun cuitan Trump sebagai berikut :

“To Iranian President Rouhani: NEVER, EVER THREATEN THE UNITED STATES AGAIN OR YOU WILL SUFFER CONSEQUENCES THE LIKES OF WHICH FEW THROUGHOUT HISTORY HAVE EVER SUFFERED BEFORE. WE ARE NO LONGER A COUNTRY THAT WILL STAND FOR YOUR DEMENTED WORDS OF VIOLENCE & DEATH. BE CAUTIOUS!”

Namun, sehari berikutnya, harga minyak turun. Harga Brent ditutup pada level US$ 73,02 per barel. Adapun West Texas Intermediate US$ 68,52 per barel.

Pada pembukaan Rabu (25/7), harga West Texas Intermediate dibuka pada level US$ 68,77 per barel. Sementara itu, harga Brent menyentuh level US$ 73,70 per barel pada pembukaan bursa.

Kenaikan harga minyak saat ini salah satunya dipengaruhi penurunan stok minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Amerikan Serikat yang melebihi perkiraan awal.  "Harga bergerak lebih tinggi setelah API melaporkan hasil imbang yang lebih besar dari yang diperkirakan analis," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan APAC OANDA, Stephen Innes dikutip dari Reuter, Rabu (25/7).

Stok minyak mentah AS turun 3,2 juta barel dalam sepekan hingga 20 Juli 2018 menjadi 407,6 juta barel. Perkiraan awal hanya turun 2,3 juta.

Menurut API, stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma juga turun 808.000 barel.  Minyak mentah untuk kilang juga turun sebesar 60.000 barel per hari.

Lalu, stok bensin turun 4,9 juta barel. Penurunan itu jauh dari konsensus para analis dalam jajak pendapat yang dilakukan Reuters. Dalam jajak pendapat itu, mereka memperkirakan penurunan 713.000 barel.

Minyak untuk diesel turun 1,3 juta barel, jauh dari ekspektasi awal API yakni terjadi kenaikan 207.000 barel. Impor minyak mentah Amerika Serikat pada pekan lalu pun berkurang 249.000 barel per hari menjadi 8,3 juta barel per hari.

(Baca: Harga Minyak Melejit, Subsidi Listrik Bisa Bengkak Jadi Rp 59,9 T)

Faktor lainnya adalah Laporan dari Tiongkok yang akan meningkatkan belanja infrastruktur. Laporan itu mengurangi kekhawatiran jika ketegangan perdagangan AS Tiongkok akan melemahkan permintaan minyak.

Reporter: Anggita Rezki Amelia

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...