Antam Dapat Rekomendasi Perpanjangan Ekspor Bauksit dan Nikel
PT ANTAM Tbk mendapatkan rekomendasi perpanjangan persetujuan ekspor bijih nikel kadar rendah (<1,7%Ni) dan bijih bauksit tercuci dengan kadar ≥42% Al2O3 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Rekomendasi itu memberikan izin kepada Antam untuk mengekspor dua komoditas tersebut hingga 2019.
Direktur Utama ANTAM Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan ekspor bijih nikel dan bauksit yang diberikan Kementerian ESDM akan mendukung hilirisasi mineral yang sudah dijalankan sejak 1974. Selain itu, pemberian ekspor itu sejalan dengan pengoperasian pabrik feronikel FeNi I.
Saat ini. ANTAM merupakan perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Nikel dan Bauksit yang telah memiliki dan mengoperasikan serta mengembangkan pabrik pengolahan mineral di dalam negeri. Jadi diperkenankan mengekspor bijih nikel kadar rendah dan bauksit tercuci selama lima tahun.
Namun, rekomendasi persetujuan ekspor bijih itu diperpanjang setiap tahunnya. Ini mengacu Peraturan Menteri ESDM No. 5 Tahun 2017 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri.
Menurut Arie, ANTAM sudah memiliki beragam fasilitas pengolahan mineral yang terdiri dari nikel, emas, perak dan bauksit. “Selama lebih dari empat dekade ANTAM senantiasa berupaya meningkatkan nilai tambah mineral yang dimiliki sejalan dengan kebijakan hilirisasi Pemerintah," kata dia berdasarkan keterangan resminya dikutip Kamis (29/3).
Rekomendasi ekspor bijih nikel yang diberikan Kementerian ESDM tahun ini lebih rendah daripada periode tahun lalu. Kali ini, ekspor bijih nikel kadar rendah (<1,7% Ni) sebesar 2,7 juta wet metric ton (wmt). Adapun, rekomendasi ekspor bijih bauksit tercuci dengan kadar ≥42% Al2O3 sebesar 840 ribu wmt
Padahal, tahun 2017, ANTAM mendapatkan rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah sebesar 3,9 juta wmt. Rekomendasi itu diberikan dua tahap yakni Maret 2017 sebesar 2,7 juta wmt dan Oktober 2017 sebesar 1,2 juta wmt.
Tahun lalu, ANTAM juga mencatatkan realisasi penjualan ekspor bijih nikel kadar rendah sebesar 2,73 juta wmt dan ekspor bijih bauksit tercuci sebesar 766 ribu wmt. Besaran kontribusi ANTAM kepada Negara pada tahun 2017 dari pembayaran sektor Pajak serta Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB) mencapai Rp735 miliar.
(Baca: Ditopang Emas, Penjualan Antam 2017 Melonjak 38% Jadi Rp 12,5 Triliun)
Ke depan ANTAM berkomitmen dalam pengembangan proyek hilirisasi mineral di dalam negeri. Proyek kunci ANTAM saat ini yang mencakup Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) berjalan dengan on track dengan realisasi konstruksi 38% sampai dengan akhir tahun 2017.
Pabrik Feronikel Haltim rencananya memiliki kapasitas produksi sebesar 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi). Konstruksi pabrik targetnya selesai akhir tahun 2018.
Sedangkan untukpengembangan komoditas bauksit, ANTAM terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Dalam proyek ini ANTAM bekerja sama dengan PT INALUM (Persero) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun.