Menakar Kesiapan Pertamina Produksi BBM Pengganti Premium

Image title
16 November 2020, 18:31
premium, pertalite, pertamax, pertamina, bbm, premium dihapus
Maksym Yemelyanov/123RF
Pemerintah akan menghapus bahan bakar minyak atau BBM jenis Premium di wilayah Jawa, Madura, dan Bali alias Jamali. Penghapusan ini harapannya dapat menurunkan emisi gas buang kendaraan bermotor.

Namun saat disinggung terkait kesiapan Pertamina dalam penyediaan BBM pengganti Premium, misalnya seperti kemampuan produksi kilang hingga kebutuhan ke depan. Pertamina sendiri belum bisa memberikan komentarnya. "Ini kita tunggu kebijakan dari pemerintah terkait premium dulu ya," ujarnya.

Berdasarkan data Pertamina, perusahaan mencatat kebutuhan konsumsi BBM jenis Premium wilayah Jamali pada saat ini rata rata mencapai 6.600 kiloliter per hari. Untuk BBM jenis Pertalite rata rata hingga 33 ribu kilo liter per hari.

Dexlite
Ilustrasi Premium Pertamina. (Donang Wahyu|KATADATA)

Penghapusan Premium Tunggu Perubahan Permen ESDM

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyarankan Pertamina untuk menyiapkan infrastruktur pendukung agar penggantian BBM Premium dapat terimplementasi dengan baik. Hal ini untuk menghindari persoalan distribusi. "Jangan sampai nanti distribusi Pertalite dan Pertamax tidak siap sehingga terjadi kelangkaan," ujarnya.

Untuk itu, ia mendorong agar program pembangunan kilang refinery development master plan program (RDMP) dan new grass root refinery (NGRR) untuk meningkatkan produksi BBM Euro 4 dan Euro 5 terus berjalan.

Apalagi sejauh ini Indonesia masih terus melakukan impor, baik produk maupun minyak mentah. Produksi kilang minyak belum mampu memenuhi konsumsi dalam negeri. "Dihapuskan atau tidaknya Premium, kita akan tetap impor," kata Mamit.

Rencana penghapusannya di Jamali, menurut dia, merupakan langkah positif. Pertamina juga sudah melakukan sosialisasi dengan berbagai promo atau harga khusus untuk Pertalite. Masyarakat telah siap menerima BBM beroktan 90 tersebut.

Keputusan akhir sekarang di tangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengeluarkan aturan distribusi Premium. Saat ini Keputusan Menteri ESDM Nomor 1851 Tahun 2018 masih berlaku terkait dengan penetapan kembali Jamali sebagai area penugasan distribusi Premium.

Kehadiran Permen itu akan membuat Pertamina wajib mendstribusikan Premium. "Persiapan lainnya adalah sosialisasi ke para pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) karena ini menyangkut penyesuaian tangki timbun dan nozzle mereka," ujarnya.

Pertamina Segera Produksi Bahan Bakar Hijau
Ilustrasi SPBU Pertamina. (Adi Maulana Ibrahim|Katadata)

Penghapusan Premium di Tengah Pandemi Kurang Tepat

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menyebut kuota Premium di 2020 sebenarnya sudah berkurang sejak 2017. Saat itu angkanya di 12,5 juta kiloliter. Lalu, tahun ini menjadi 11 juta kiloliter.

Pertamina mencatat realisasi per September 2020 baru di angka 7,1 juta kiloliter. Konsumsi saat ini melemah karena pandemi Covid-19 menurunkan aktivitas masyarakat untuk keluar rumah. Tanpa adanya wacana penghapusan pun konsumsinya sudah rendah.

Fakta lainnya, menurut Bhima, Premium sudah sangat sulit ditemukan di SPBU, terutama di Jamali. “"Jadi rencana penghapusan BBM premium itu sekadar formalitas saja. Memang itu diniatkan sudah lama dan sistematis," ujar Bhima.

Penghapusan BBM tersebut menjadi tidak tepat di tengah pandemi. Ia melihat daya beli masyarakat kelas menengah dan miskin akan semakin tergerus. Kondisi berbeda dapat terjadi apabila harga Pertalite secara merata dijual Rp 6.450 per liter, seperti Premium.

Ada dua opsi untuk pemerintah untuk menghapus BBM tersebut. Pertama, harga Pertalite perlu mendapat subsidi seperti Premium. “Kedua, harga Pertalite sama dengan Premium dan wajib berlaku di seluruh wilayah operasi Pertamina,” katanya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal sepakat dengan rencana penghapusan Premium, asalkan pemerintah melihat kemampuan daya beli masyarakat. “Dan jangan sampai menambah impor BBM,” ucap dia.

Ia pun mengusulkan supaya pemerintah memberikan subsidi untuk BBM pengganti Premium. Apalagi di tengah perekonomian yang belum pulih akibat pandemi Covid-19.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...