Tsingshan Amankan Pasokan Bijih Nikel dari Indonesia hingga Akhir 2022

Sorta Tobing
17 Maret 2021, 16:54
tsingshan, silkroad nickel, tiongkok, morowali, minerba, pertambangan, komoditas
PT Antam TBK
Ilustrasi. Tsingshan menandatangani kesepakatan pembelian bijih nikel selama dua tahun dari Silkroad Nickel.

Bos Tesla, Elon Musk, bahkan menyebut produksi nikel menjadi perhatian utama perusahaan. Mineral ini merupakan salah satu bahan baku pembuatan baterai lithium-ion untuk menggerakkan mobil listrik. 

Dengan hadirnya kesepakatan Tsingshan untuk memproduksi massal nikel matte, kenaikan harganya menjadi terbatas. “Ini secara substansial akan meredakan kekhawatiran kekurangan bahan baterai,” kata analis Mysteel Celia Wang kepada Bloomberg

Pasokan nikel dari Silkroad akan digunakan untuk produksi nikel matte Tsingshan. Perusahaan juga berencana membangun fasilitas energi bersih berkapasitas dua ribu megawatt di Indonesia dalam tiga hingga lima tahun ke depan untuk mendukung operasinya di Asia Tenggar. 

Sedangkan Silkroad, mengutip dari Reuters, adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi, penambangan, produksi, dan penjualan bijih nikel. Perusahaan memiliki izin usaha pertambangan untuk melakukan operasi penambangan bijih nikel di sekitar 1.301 hektare (ha) di wilayah konsesi Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. 

Proyek Tsingshan di Indonesia

Tsingshan juga sempat disebut oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam proyek pabrik pemurnian atau smelter tembaga PT Freeport Indonesia.

Kedua perusahaan bakal membangun pabrik itu di Kawasan Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara. “Ini tinggal finalisasi perjanjian antara Freeport dan Tsingshan,” katanya pada awal Februari 2021. 

Rencananya, produsen baterai listrik terbesar dunia asal Negeri Panda, Contemporary Amperex Technologi atau CATL, juga akan ikut bergabung. Luhut memperkirakan investasi yang masuk dalam tiga tahun ke depan mencapai US$ 30 miliar atau sekitar Rp 420 triliun. 

Ia mengatakan CATL telah menandatangani komitmen investasi sebesar US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun. Lalu, produsen kobalt asal Tiongkok, yaitu Huayou Group, bersama Tsingshan dan Freeport akan menandatangani kontrak senilai US$ 2,8 miliar atau Rp 39,2 triliun untuk smelter. “Ini akan melahirkan turunan pabrik pipa dan kawat tembaga, mungkin sampai US$ 10 miliar,” ucap Luhut.  

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...