Jaringan Listrik Nusantara Super Grid Butuh Investasi Rp 1.450 Triliun

Image title
8 Juli 2021, 13:30
nusantara super grid, investasi, listrik
ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Ilustrasi.

Kemudian perkiraan kebutuhan energi di setiap pulau dalam jangka panjang, rencana optimasi sumber daya energi terbarukan setempat, identifikasi kebutuhan berinvestasi, skema pembiayaan, dan pihak mengelola grid ini. Sehingga diperlukan kembali perencanaan jangka panjang sebelum masuk ke fase studi awal.

"Jadi yang paling awal perlu dipastikan dulu apakah grid Nusantara diperlukan, lalu dikaji kelayakan teknis dan ekonomisnya," kata Fabby.

Peneliti dan pakar energi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Pekik Argo Dahono mengatakan bahwa interkoneksi antar pulau di Indonesia akan mendorong pengembangan bauran EBT. Konsep ini juga dapat membuat biaya penyediaan tenaga listrik lebih murah.

Beberapa negara Eropa yang pemanfaatan EBT-nya cukup tinggi, telah mengadopsi super grid. Misalnya, sistem kelistrikan dari London hingga Moskow yang saling terhubung dapat saling berbagi listrik. Sama halnya dengan Tiongkok dan India. "Sehingga masalah intermitensi bisa diatasi tanpa menggunakan energy storage," ujarnya.

Namun dalam mempersiapkan super grid, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) menjadi pembangkit energi terbarukan yang pertama kali digenjot. Pembangkit ini diperuntukkan membantu EBT yang bersifat intermiten atau tidak tersedia setiap saat, seperti tenaga surya dan angin.

"Itu sebabnya saya minta yang digenjot awal di Indonesia adalah PLTA dan panas bumi, keduanya bisa membantu mengatasi fluktuasi seperti energi angin dan matahari," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...