Pertamina Kembangkan Bioavtur J2.4, Produksi Mulai 2023

Image title
8 September 2021, 11:19
Petugas Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) PT. Pertamina (Persero) berjalan di tangki penampungan avtur DPPU Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (21/11/2019). Konsumsi avtur di wilayah setempat mengalami peningkatan, tercata
ANTARA FOTO/Olha Mulalinda
Ilustrasi, tangki penampungan avtur DPPU Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (21/11/2019).

"Kapasitas produksi Bioavtur di Unit Kilang Cilacap mencapai 8 ribu barel per hari dan akan terus ditingkatkan dengan melihat kebutuhan pasar, mulai 2023 nanti,” ujar Ifki Sukarya.

Dalam mengembangkan Bioavtur J-24, Pertamina turut melibatkan peran penting stakeholders termasuk Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, serta Institut Teknologi Bandung.

Pengembangan Bioavtur J-24 Pertamina selaras dengan roadmap energi bersih Kementerian ESDM yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No 12 Tahun 2015 terkait pencampuran bahan bakar nabati hingga 5% pada tahun 2025, termasuk untuk moda transportasi udara.

Sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 ‘Energi Bersih dan Terjangkau’, Bioavtur J2-4 produksi Pertamina berkontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon. Tak hanya SDGs, di level nasional pengembangannya juga selaras dengan target untuk mencapai bauran energi terbarukan (EBT) 23% pada 2025.

Penggunaan Bahan Bakar Nabati Pangkas Emisi Karbon

Penggunaan biodiesel di Indonesia sudah berjalan sejak 2006. Penggunaan biodiesel di Indonesia dilatari fakta bahwa Indonesia telah menjadi net-importir minyak mentah serta berlimpahnya produksi minyak sawit.

Penggunaan biodiesel pun diklaim berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 22,48 juta ton CO2 atau 59% dari target untuk sektor energi dan transportasi pada 2020.

“Biodiesel dapat berkontribusi sekitar 6% dalam target mengurangi emisi gas rumah kaca di tahun 2030 mendatang,” kata Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan beberapa waktu lalu, Rabu, (14/4).

Ia mengatakan, program B30 yang baru diluncurkan tahun lalu juga membantu untuk mengurangi impor bahan bakar fosil. Paulus menambahkan, pada 2020 program B30 sudah mengurangi jumlah impor solar sebanyak 8,37 juta kiloliter. Dan diproyeksikan akan mengurangi impor bahan bakar fosil sebesar 9,2 juta kiloliter pada tahun ini.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...