Uni Eropa Siapkan Strategi Energi Baru Agar Tak Tergantung Gas Rusia
Uni Eropa tengah menyiapkan kebijakan energi baru untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan energi dari Rusia, terutama gas alam. Komisi Eropa berencana mengumumkan strategi baru ini pada Rabu (2/3) pekan depan.
Salah satu strategi utamanya adalah dengan mengebut transisi energi ke sumber energi baru terbarukan (EBT). Para pembuat kebijakan di UE mengatakan bahwa ketergantungan terhadap pasokan energi Rusia membuat kawasan UE tak memiliki kekuatan untuk mengambil tindakan tegas terhadap Rusia atas situasi di Ukraina.
"Uni Eropa yang kuat tidak bisa begitu bergantung pada pemasok energi yang mengancam akan memulai perang di benua kita," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen seperti dikutip dari The Washington Post, Jumat (25/2).
Von der Leyen juga mencontohkan kondisi harga energi tinggi yang terjadi di Eropa saat ini yang terjadi lantaran perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom, mengalirkan gas dengan volume minimum meskipun harga dan permintaan sangat tinggi.
“Perilaku tersebut sangat aneh bagi sebuah perusahaan. Kami akan menggandakan kapasitas energi terbarukan. Ini akan meningkatkan kemandirian strategis Eropa pada sektor energi,” ujarnya. Simak databoks berikut:
Adapun strategi energi baru ini, UE akan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil hingga 40% pada 2030 melalui transisi EBT. Kemudian negara-negara UE akan menumpuk pasokan gas alamnya pada musim panas ini agar pada musim dingin mendatang tak terlalu bergantung pada pasokan dari Rusia.
Pada musim dingin tahun lalu pasokan gas dari Rusia turun hingga 50% dibandingkan tahun sebelumnya. “Tujuannya agar UE tak lagi rentan terhadap disrupsi dari satu pemasok. Kami mencoba untuk melepaskan diri dari gas Rusia,” kata seorang pejabat Komisi Eropa yang tak mau disebutkan namanya.
Rencana ini harus disetujui oleh 27 negara anggota. Namun jika berhasil, negara anggota UE akan dapat lebih mudah menentukan kebijakan subsidi kepada warga dan perusahaan untuk mengurangi tagihan energi, serta akan mempercepat perizinan untuk proyek energi terbarukan.
Pada tahun 2020 pembangkit energi terbarukan menyumbang 22,1% energi yang dikonsumsi di UE, lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebelumnya sebesar 20%.
Bahkan sebelum strategi ini dirumuskan, upaya transisi untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas dari Rusia sudah berjalan. Di Italia, masyarakat didorong untuk mengganti pemanas air gas dengan yang listrik.
Kemudian di Prancis, Presiden Emmanuel Macron mengumumkan rencana ambisius untuk membangun lebih dari selusin pembangkit listrik tenaga nuklir yang jika benar-benar dibangun akan membatasi penjualan gas alam Rusia ke utilitas Prancis.
Serta langkah Jerman untuk membekukan proyek pipa gas Nord Stream 2 meskipun memiliki kedekatan yang sangat erat dengan sektor energi Rusia. Bahkan mantan Kanselir Gerhard Schroder merupakan chairman perusahaan minyak terbesar Rusia, Rosneft.
Jerman juga telah menyetujui anggaran sebesar US$ 68 miliar pada bulan Desember 2021 untuk mengebut proyek infrastruktur hijau dan iklimnya.
Belum Bisa Lepas dari Pasokan Gas Rusia
Meski demikian tak dapat dipungkiri upaya ini akan berbiaya besar dan membutuhkan waktu. Sebab mengembangkan energi terbarukan dan membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk untuk mengalirkan pasokan alternatif gas membutuhkan biaya yang sangat mahal.
“Rusia masih menjadi sumber gas termurah Eropa. Jadi Eropa harus rela membayar lebih mahal," kata kepala pendiri Pusat Kebijakan Energi Global Universitas Columbia, Jason Bordoff, yang bekerja pada isu-isu energi dan iklim di pemerintahan Barack Obama.
Artinya Eropa masih akan bergantung pada Rusia untuk kebutuhan energinya selama krisis geopolitik saat ini. Apalagi jika Rusia memotong gas sepenuhnya menjelang musim dingin berikutnya, itu akan menjadi pukulan telak bagi Eropa.
Georg Zachmann, seorang ahli energi di Bruegel, sebuah lembaga pemikir kebijakan yang berbasis di Brussels, mengatakan Eropa dapat mengalami kekurangan gas 20%. "Meskipun semua alternatif pasokan gas Rusia mengalir pada kapasitas penuh hingga musim dingin mendatang," ujarnya.