Hadapi Krisis Energi, Inggris Genjot Lagi Eksplorasi Migas Laut Utara
Pemerintah Inggris diperkirakan akan mengeluarkan izin baru untuk eksplorasi minyak dan gas (migas) Laut Utara dalam upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Menurut dua sumber yang akrab dengan diskusi pemerintah izin tersebut akan diumumkan hari ini, Kamis (8/9).
Salah satu sumber tersebut mengatakan bahwa jumlah pasti dari lisensi baru masih harus dikonfirmasi lebih lanjut. Namun sumber lainnya mengatakan bahwa jumlah izin yang dikeluarkan bisa mencapai 130 izin.
Perdana Menteri Liz Truss, yang dilantik pada Selasa (6/9), hari ini dijadwalkan ke parlemen terkait rencananya untuk mengatasi tingginya harga energi. Selama masa kampanye dia berulang kali mengatakan meningkatkan pasokan energi domestik akan menjadi fokusnya dalam upaya menurunkan harga energi.
Meski demikian pemberian izin eksplorasi migas baru tidak akan menjadi solusi jangka pendek untuk meringankan tagihan energi warga Inggris.
Sebab, butuh waktu 5 sampai 10 tahun dari eksplorasi awal sampai minyak dan gas diproduksi dari lapangan. Adapun terakhir kali Inggris menerbitkan izin eksplorasi lepas pantai adalah pada 2020.
Inggris telah menyiapkan sejumlah rencana darurat untuk menghadapi krisis energi. Salah satunya adalah pemadaman listrik massal untuk sektor industri dan rumah tangga.
Di bawah “skenario terburuk yang mungkin terjadi” terbaru pemerintah Inggris, negara tersebut dapat menghadapi kekurangan pasokan listrik sekitar seperenam dari total kapasitas permintaan puncak, meskipun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara telah dinyalakan.
Dalam skenario tersebut, penggunaan pemanas ruangan yang dipicu suhu musim dingin yang lebih rendah dari biasanya, dengan impor listrik yang turun dari Norwegia dan Prancis, dapat berujung pada pemadaman listrik massal selama empat hari pada Januari 2023 untuk menghemat gas.
“Skenario itu bukan sesuatu yang kami harapkan terjadi. Rumah tangga, bisnis, dan industri akan mendapatkan listrik dan gas yang mereka butuhkan,” kata Departemen Strategi Bisnis, Energi, dan Industri Pemerintah Inggris (BEIS), dalam sebuah pernyataan, dikutip Bloomberg, Rabu (10/8).
Jika suhu pada musim dingin mendatang lebih rendah dari biasanya, maka kemungkinan Inggris akan semakin bergantung pada gas dari Eropa. Padahal negara-negara Eropa juga tengah menghadapi krisis yang berpotensi memburuk setelah Rusia menghentikan pengiriman gas via Nord Stream 1.