Krisis Energi, Inggris Berharap Tersambung Lagi ke Pasar Listrik UE

Happy Fajrian
1 Oktober 2021, 15:25
krisis energi, inggris, listrik, uni eropa
ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Nicholl
Sebuah patung dibuat oleh aktivis tergeletak di jalan Jembatan Lambeth saat protes 'Extinction Rebellion' di London, Inggris, Senin (7/10/2019).

Krisis energi parah yang terjadi di Inggris membuat pemerintahan Boris Johnson mencari kemungkinan untuk menyelaraskan kembali pasar listriknya lebih dekat dengan kawasan Uni Eropa untuk meningkatkan perdagangan lintas batas kedua kawasan.

Hal ini karena keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) telah memisahkan sistem kelistrikan dan menyebabkan perbedaan harga pasar. Keterhubungan kelistrikan Inggris-UE akan meningkatkan kemampuan pasar listrik Inggris untuk berdagang dengan negara-negara UE.

Departemen Strategi Bisnis Energi dan Industri (BEIS) Inggris menilai interkonektivitas tersebut juga akan meningkatkan fleksibiltas sistem energi dan membantu upaya dekarbonisasi.

“Kami mencari pandangan tentang pengaturan saat ini untuk perdagangan listrik pada pertukaran daya di pasar listrik wholesale, serta mendukung perdagangan lintas batas yang efisien,” tulis pernyataan BEIS seperti dikutip dari Reuters, Jumat (1/10).

Pasar listrik Inggris sebelumnya mengoperasikan harga sehari sebelumnya yang seragam yang diselesaikan melalui buku pesanan bersama di bursa Nord Pool dan Epex Spot.

Tetapi ketika keluarnya Inggris dari UE selesai pada 1 Januari, negara ini juga meninggalkan pasar energi UE dan sistem penggabungan pasarnya. Alhasil, transaksi listrik dilakukan dalam sistem lelang yang terpisah sepenuhnya dengan harga yang juga berbeda.

BEIS sekarang mengusulkan agar kedua bursa membuat pengaturan operasional untuk menggabungkan lelang tersebut, di mana tawaran dan penawaran dari seluruh lelang tersebut diselesaikan dan diselesaikan dengan cara yang menghasilkan harga kliring tunggal.

Ini juga akan memungkinkan Inggris untuk mematuhi Perjanjian Perdagangan dan Kerja Sama (TCA) yang ditandatangani dengan UE, yang menyerukan kapasitas sehari ke depan pada kabel interkonektor lintas batas dan listrik untuk dijual bersama, atau secara implisit.

Inggris saat ini memiliki empat interkonektor ke benua Eropa yang dioperasikan oleh National Grid, dengan yang kelima ke Norwegia akan memulai operasi komersial pada hari Jumat, dengan Nord Pool mengoperasikan lelang harian implisit untuk pengiriman.

Sebagai informasi, Inggris tengah menghadapi krisis energi yang cukup parah. Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) kosong, sedangkan biaya listrik melonnjak di UE menjelang musim dingin, disertai kenaikan harga minyak, gas alam, dan batu bara.

Inggris pun kembali beralih ke pembangkit listrik tenaga uap yang berbahan bakar batu bara untuk memenuhi pasokan listrik. National Grid ESO, regulator pasokan listrik negara ini, memastikan pembangkit batu bara hanya berkontribusi 3% dari kelistrikan Inggris.

Pemerintah Inggris tetap berkomitmen untuk menghentikan penggunaan pembangkit batu bara pada 2024 demi mengurangi emisi karbon dan mencegah perubahan iklim. The Guardian menyebut, Inggris menghabiskan lebih dari 86 juta pound sterling (sekitar Rp 1,7 triliun) untuk menyalakan listriknya.

PLTU yang tersisa hanya dalam posisi siaga kalau dibutuhkan. Pemakaiannya sekitar 1,6% dari bauran energi nasional pada 2020. Angkanya turun 25% dibandingkan lima tahun sebelumnya.

Sehari setelah menyalakan PLTU, kontribusi pasokan energi batu bara mencapai 2,2% dari pasokan listrik nasional. Pembangkit listrik tenaga angin yang menjadi pemasok listrik utama tidak bisa beroperasi maksimal karena kondisi cuaca yang kurang angin.

Lalu, pembangkit listrik berbahan bakar gas, yang emisinya lebih rendah dibandingkan batu bara, tidak dapat menjadi opsi. Pasalnya, harga gas sedang tinggi di pasar komoditas. Harga gas di Eropa melonjak karena ketatnya pasokan jelang musim dingin.

Reuters menyebut, beberapa industri bahkan mempertimbangkan penutupan pabrik sementara karena sulitnya mendapatkan listrik. Untuk harga gas pengiriman Januari 2020 telah mencetak rekor 66 euro per megawatt (MW) jam, naik dari 16 euro pada tahun lalu.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...