Infrastruktur Terbatas, Suplai Gas Melimpah RI Terancam Minim Serapan

Muhamad Fajar Riyandanu
6 Oktober 2022, 11:48
gas, produksi gas, lapangan gas, proyek gas
conradpetro.com
Ilustrasi fasilitas pengeboran gas alam.

Pasokan gas di dalam negeri bakal melimpah dalam waktu dekat seiring mulai beroperasinya sejumlah  proyek lapangan gas. Bertambahnya produksi gas berpotensi minim serapan karena keterbatasan infrastrukur distribusi jaringan pipa.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan pasokan gas di wilayah Sumatera melimpah dari sumber Blok Jabung di Jambi dan Blok Corridor di Sumatera Selatan. Guna mengatasi kelebihan pasokan tersebut, gas-gas itu dijual ke Singapura.

Pasokan gas di Tanah Andalas diperkirakan makin membludak setelah SKK Migas mengumumkan temuan gas 6 triliun kaki kubik (TFC) di Blok Andaman II Aceh yang dikelola KKKS Premier Oil, anak usaha Harbour Energy Company sebagai operator di Blok Andaman II.

"Potensi gas di Aceh besar, pasokan di Sumatera bagian utara ini oversupply. Kalau Andaman sukses maka bisa ditembus ke Sumatera Selatan dan masuk ke Jawa Barat," kata Dwi kepada wartawan saat Media Gathering SKK Migas di Bandung, beberapa waktu lalu, Selasa (4/10).

Guna mendistribusikan pasokan gas yang menumpuk di wilayah utara Sumatera, Dwi menyebut perlu ada realisasi pembangunan jaringan pipa transmisi sepanjang 360 kilometer (km) dari Sei Mangkei, Sumatera Utara ke Dumai, Riau.

Jaringan pipa ini dibangun lewat anggaran negara seperti halnya proyek pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem) sepanjang 260 km.

"Tinggal melaksanakan saja. Kalau yang invest swasta nanti kalau aliran gasnya belum banyak terpaksa tarifnya mahal. kalau negara kan kita harapkan tarifnya lebih rendah, pokoknya ada kelebihan produksi kita optimalkan," tuturnya.

Sementera itu, limpahan pasokan gas juga terjadi di Provinsi Jawa Timur. Pasokan gas berliebih datang dari Proyek Jambaran Tiung Biru (JBT) yang berlokasi di Cepu, Jawa Timur. Proyek yang onstream pada Juli 2022 ini menyimpan 190 MMSCFD gas bumi.

Perusahaan Migas asal Malaysia, Petronas melalui anak usahanya Petronas Carigali Ketapang II telah menyelesaikan proyek pengeboran sumur pengembangan BTJTB-T2 di lapangan migas yang terletak di WK Ketapang, lepas pantai Jawa Timur. Proyek ini sanggup memproduksi gas 30 MMSCFD.

Selanjutnya, suplai gas di Jawa Timur masih akan ditambah pasokan dari Lapangan MAC yang dioperasikan Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) yang diharap segera onstream dalam waktu dekat.

Proyek ini diprediksi sanggup memproduksi gas 55 MMSCFD. HCML juga memiliki Proyek Lapangan Gas MDA-MBH di Blok Madura Strait dengan potensi produksi gas 175 MMSCFD.

"Kalau JTB beroperasi dan ditambah HCML akhir tahun ini satu beroprasi dan satu lagi beroprasi di awal tahun, kemudian ada Pertonas di Bukit Tua, pasokan gas di Jawa Tumur akan kelebihan. Kami sudah hitung ada kelebihan JBT itu 20 MMSCFD, begitu HCML nambah 40 MMSCFD," jelas Dwi.

Dalam jangka panjang, ada proyek Tangguh Train-3 yang terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek yang dijalankan oleh BP ini memiliki potensi produksi mencapai 700 MMSCFD dan 3.000 BOPD dijadwalkan onstream pada Desember 2022.

Selanjutnya ada proyek Indonesia Deepwater Development atau IDD yang mencakup dua area di Gendalo dan Gehem, Kutai Basin, Kalimantan Timur. Rencananya proyek ini akan onstream pada kuartal IV 2025. Proyek ini memiliki potensi produksi mencapai 844 MMSCFD gas.

Kemudian ada proyek gas alam cair atau LNG Abadi Masela yang dioperatori oleh Inpex Corporation. Proyek yang terletak di Kabupaten Tanimbar, Maluku ini ditarget beroperasi pada kuartal kedua tahun 2027 ini menyimpan gas 1.600 MMSCFD.

Dwi mengatakan, penyebaran suplai gas dari satu sumber ke konsumen industri maupun rumah tangga harus memerlukan infrastrukur mumpuni.

Sebagai negara kepulauan, pembangunan infrastruktur menjadi tantangan tersendiri, terutama di Indonesia bagian timur yang memiliki pulau-pulau kecil dan terpencil.

Selain pipa transmisi yang jumlahnya masih terbatas, distribusi gas kepada konsumen juga dapat melalui pengiriman kapal kargo. Gas diubah menjadi gas alam cair atau LNG maupun gas alam terkompresi atau CNG.

"Kalau sumur gas dan tempat industrinya jaraknya gak terlalu jauh bisa pakai pipa. Kalau jaraknya jauh, pakai LNG, dibawa dari kapal ke terminal penerimaan," ucap Dwi.

Saat ini Kementerian ESDM tengah membangun jaringan pipa yang menghubungkan hampir setiap wilayah di Sumatera dan Jawa dengan pipa transmisi.

Di bagian timur, pemerintah berencana mengembangkan Floating Storage & Regasification Unit (FSRU) dan regasifikasi mini LNG.

Juga, program konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke gas di 33 lokasi dengan total kapasitas 1.198 MW dan kebutuhan gas 83,74 BBTUD.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...