Balas Ketentuan G7, Putin Setop Ekspor Minyak Hingga 1 Juli 2023
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani dekrit pada Selasa (27/12) yang melarang ekspor minyak mentah maupun hasil olahan produk minyak mulai 1 Februari 2023 hingga lima bulan ke depan, atau sampai 1 Juli 2023.
Larangan ekspor ini ditujukan kepada negara-negara yang mendukung kebijakan pembatasan harga minyak yang ditetapkan kelompok G7 yang tergabung di dalam Uni Eropa (EU) seperti Prancis, Jerman, Italia dan Inggris bersama Australia.
Koalisi tersebut sepakat untuk menetapkan batas harga US$ 60 per barel pada minyak mentah lintas laut Rusia sejak 5 Desember lalu. Keputusan ini dilakukan sebagai sikap menentang aksi Moskow di Ukraina.
Batas harga yang ditetapkan oleh G7 tersebut mendekati harga minyak Rusia saat ini, namun limit harga tersebut dinilai menutup peluang pendapatan lebih atau rejeki nomplok (windfall) yang dapat diperoleh Rusia untuk tahun ini.
Adapun Moskow memanfaatkan windfall tersebut untuk mengimbangi dampak sanksi keuangan yang diterapkan oleh Barat. Rusia merupakan pengekspor minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Gangguan terhadap penjualannya akan berdampak negatif pada pasokan energi global.
Dekrit yang diteken oleh Putin diterbitkan di situs web Kremlin merupakan respons terhadap kebijakan batas harga yang disebut sebagai "tindakan yang tidak bersahabat dan bertentangan dengan hukum internasional oleh Amerika Serikat dan negara asing serta organisasi internasional pendukungnya."
"Pengiriman minyak dan produk minyak Rusia ke entitas dan individu asing dilarang, dengan syarat bahwa dalam kontrak untuk pasokan ini, penggunaan mekanisme penetapan harga maksimum secara langsung atau tidak langsung dipertimbangkan," tulis keputusan tersebut seperti dikutip Reuters Rabu (28/12).
"Larangan yang ditetapkan berlaku untuk semua tahap pasokan hingga pembeli akhir. Ini...mulai berlaku pada 1 Februari 2023, dan berlaku hingga 1 Juli 2023," tulis dekrit tersebut yang juga mencakup klausul yang memungkinkan Putin membatalkan larangan tersebut dalam kasus-kasus khusus.
Lewat dekrit tersebut, Rusia bakan melarang ekspor minyak mentah mulai 1 Februari, tetapi tanggal larangan hasil produk minyak akan ditentukan oleh pemerintah Rusia dan bisa jadi setelah 1 Februari.
Dampak Larangan Ekspor Terhadap Keuangan Rusia
Penetapan batas harga merupakan upaya yang ditujukan untuk melumpuhkan pundi-pundi Rusia dan upaya militer Moskow di Ukraina. Ketetapan ini merupakan stategi baru yang bahkan tidak terlihat di masa Perang Dingin antara negara Barat dan Uni Soviet.
Beberapa analis mengatakan bahwa pembatasan harga tersebut hanya akan berdampak kecil pada pendapatan minyak yang saat ini diperoleh Moskow. Namun, Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, mengatakan pada hari Selasa bahwa defisit anggaran negaranya bisa lebih besar dari yang direncanakan 2% dari PDB pada tahun 2023.
Dia mengatakan adanya batas harga minyak dapat menekan pendapatan ekspor dan berpotensi menjadi rintangan fiskal tambahan untuk bagi Kremlin karena menghabiskan banyak uang untuk kampanye militernya di Ukraina.
Batas harga G7 memungkinkan negara-negara non-Uni Eropa untuk terus mengimpor minyak mentah Rusia melalui laut. Akan tetapi, ketetapan batas harga akan melarang perusahaan pengapalan, asuransi, dan reasuransi menangani kargo minyak mentah Rusia di seluruh dunia, kecuali jika dijual kurang dari batas harga.
Negara-negara UE juga secara terpisah menerapkan embargo yang melarang mereka membeli minyak Rusia melalui laut.
Adapun minyak Ural Rusia diperdagangkan di atas US$ 56 per barel pada hari Selasa (27/12), di bawah level batas harga. Sementara harga minyak mentah Brent bergerak sedikit lebih tinggi karena berita tersebut dan naik 1,4% menjadi US$ 85,1 per barel.